Atau sengaja, berharap mudah-mudahan tidak terbaca, atau lolos baca. Kalau seperti ini ada niat. Sebenarnya bukan saltik lagi. Bukan tipo.Â
Apalagi, kalau pejabat tersebut berusaha mengelak atau menghindari dari sesuatu yang memang sebenarnya ketahuan sudah salah. Jelas itu bukan saltik atau tipo, tapi memang ngeles saja.
Kasus Monas, tipo TACB, mestinya TSP, misalnya. Tipo? Tipo dari mana, tipo dari Hongkong? Hal seperti ini sudah lain masalahnya. Menduga, mungkin ada "sesuatu" atau ada apa-apanya di balik pengakuan saltik itu. Barangkali.
Belajar dari fenomena pejabat tipo (huruf akhir 'o', bukan 'u') alias pejabat saltik ini, ternyata orang-orang yang bekerja di balik layar, seperti tim redaksi dan penyunting itu adalah sangat penting, strategis, dan signifikan perannya.
Makanya tim redaksi dan penyunting tidak boleh dipandang sebelah mata dan perlu mendapatkan penghargaan yang lebih. Gajinya harus gede. Tak pernah kelihatan, tapi ada, nyata kerjanya, jelas, dan sangat penting.
Berada di balik layar, tapi menentukkan layar dan wajah yang tampak di depan. Dilihat banyak orang. Disorot dan menjadi perhatian publik.
Baik dan buruknya wajah dan keberadaan lembaga, instansi, pejabat, perusahaan, atau apa pun namanya yang berkaitan dengan naskah, konsep, surat, dokumen, dan lain-lain, paling tidak, agar tidak terjadi saltik, sangat tergantung pada peran tim redaksi dan penyunting ini.
Salut dan apresiasi luar biasa pada tim redaksi dan penyunting media massa, baik itu media cetak ataupun media online, Kompasiana ini, misalnya.
Mereka bekerja di balik layar dengan penuh dedikasi, tanggung jawab, membaca dengan teliti, telaten, dan sabar dalam menyunting naskah-naskah, yang akan dipublikasikan itu. Naskah-naskah yang masuk itu banyak. Wow!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H