Tiwul hadir sebagai solusi pengganti beras jika tak bisa terbeli. Ini terjadi ketika masa penjajahan Jepang, masyarakat Indonesia tak mampu membeli beras.
Percayakah, seorang Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramono atau yang akrap disapa Mas Dhito itu gemar sekali makan tiwul?
Terlihat di berbagai kegiatan, dirinya memborong jajanan berbahan dasar singkong ini. Bahkan, beberapa kali saat blusukan, dia tak sungkan mengeluarkan olahan tiwul yang ia bawa dari rumah.
Hal ini mencuat jauh sebelum dirinya dilantik menjadi Bupati. Saat kampanye, Mas Dhito kerap kali mengadakan kuis mengenai Kabupaten Kediri dan melontarkan pertanyaan kepada masyarakat apa makanan favoritnya.
"Siapa yang tahu, apa makanan favorit saya?" tanya Mas Dhito kepada warga.
Mendengar pertanyaan tersebut, warga antusias menjawab. Namun, banyak yang kurang tahu apa makanan favoritnya. Ada yang jawab sate, soto, hingga spageti.
Ketika Mas Dhito memberikan jawaban dari pertanyaannya yang ia lontarkan sendiri, "Bukan sate buk, pak, saya itu suka makan tiwul," Ujarnya.
sontak, warga saling berhadapan karena terheran dengan makanan favorit seorang calon bupati pada saat itu. "Masak Calon Bupati makan tiwul?" bisik warga.
Waktu berlalu, setelah setahun ia menjabat sebagai Bupati Kediri, kabar mengenai makanan favoritnya itu menjadi rahasia umum. Banyak warga tahu mengenai hal ini.
Lantas apa yang membuat seorang Mas Dhito sangat menyukai makanan tradisional itu?
Dari segi kandungannya, tiwul yang berbahan dasar ini juga mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, selain itu dengan bahan dasar singkong ini, bisa didapatkan kandungan lain seperti Vitamin C, Kalsium, zat besi, dan protein. selain itu, tiwul ini juga dapat diolah dengan berbagai varian. seperti Nasi Goreng Tiwul (Nagoti) yang biasa diolah di Kabupaten Kediri.
yang lebih menarik dari itu, sebenarnya jika diperhatikan dari kisah keduanya --- Mas Dhito dan Tiwul --- memiliki kesamaan historis. Ya, sama-sama menjadi solusi dalam kesulitan.
Mas Dhito juga menjawab pertanyaan masyarakat mengenai banyak hal yang puluhan tahun dikeluhkan dan tak terjawab oleh Masyarakat Kabupaten Kediri.
1. Babat habis Pungli. Yang akhir ini menjadi bahan pembicaraan warganet adalah mengenai ketegasan Mas Dhito dalam menanggapi isu jual beli jabatan yang kerap menjadi permasalahan sejak bertahun-tahun. Mas Dhito berani mengambil tindakan jika ada yang terbukti melanggar proses rekrutmen perangkat setingkat desa. Jelas, yang terbukti itu akan ditindaknya dengan tegas.
2. Pengurusan administrasi kependudukan (Adminduk), bertahun-tahun masyarakat Kabupaten Kediri mengeluhkan sulitnya mengurus adminduk ini. Hingga pernah terjadi antrean hingga harus menunggu lebih dari 3 bulan bahkan satu tahun untuk mendapatkan KTP. Kini, masyarakat cukup mendaftar melalui android dengan jempolnya. Atau dapat di Kecamatan mengurus adminduk dengan programnya Sehari jadi: Sahaja lekat dan Sahaja online.
3. Digitalisasi diberbagai Dinas. Selain adminduk, Mas Dhito juga membuat aplikasi aduan bernama halomasbup. Dimana masyarakat dapat mengadukan segala persoalan mengenai Kabupaten Kediri melalui aplikasi tersebut. Ya, tak ada lagi sekat antara masyarakat dan Mas Dhito sebagai bupati.
4. Kita tunggu lagi apa gebrakannya.
Dan itulah solusi yang ditawarkan. Bukan kah dulu tiwul juga menjadi solusi ketika orang-orang kita tak mampu membeli beras dan beras sulit didapatkan. Hmm secara historis, memang keduanya menjadi solusi.