Mohon tunggu...
Muhammad Viki Riandi
Muhammad Viki Riandi Mohon Tunggu... Penulis - Founder Komunitas Sayang Jiwa dan Otak | Founder Lingkar Yatim Khatulistiwa

Seorang hamba yang sangat bergantung pada Rabb-nya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

People Come and Go: Hikmah di Balik Hadir dan Perginya Seseorang

10 Desember 2024   22:44 Diperbarui: 10 Desember 2024   22:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ( Sumber: https://www.pexels.com/ )

Pontianak, Selasa 10 Desember 2024. Pernahkah kamu merasa begitu dekat dengan seseorang, seperti tidak ada yang bisa memisahkan kalian ?. Kehadirannya dalam hidupmu bisa jadi seperti angin segar di tengah terik, menghadirkan harapan, canda tawa, dan kehangatan yang tak tergantikan. Terkadang, mereka hadir di saat yang tepat, ketika dunia terasa gelap, dan memberi cahaya yang membuatmu merasa hidup kembali. Namun, seiring waktu, sesuatu berubah. Tanpa alasan yang jelas, mereka mulai menjauh. Kalian yang dulunya selalu berbagi cerita, tiba-tiba jadi tak ada lagi kontak. Yang tertinggal hanyalah pertanyaan, kenapa semua harus berakhir seperti ini ?.

Pernahkah kamu merasa begitu ?. Mungkin kamu yang ditinggalkan, atau mungkin juga kamu yang harus pergi. Fenomena ini bukan hal baru, bahkan hampir semua orang pasti pernah mengalaminya, entah sebagai yang ditinggalkan atau yang pergi. Terkadang, kita terjebak dalam pertanyaan besar, "Mengapa ?" padahal, ada hikmah di balik setiap pertemuan, dan perpisahan yang kita alami.

Mengapa Orang Datang dan Pergi ?

Dalam psikologi, kita sering mendengar bahwa setiap orang datang ke dalam hidup kita dengan alasan tertentu, biasanya karena ada kebutuhan emosional yang harus dipenuhi. Di dalam teori hierarki kebutuhan Maslow, kita belajar bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar yang berjenjang, mulai dari kebutuhan fisik hingga kebutuhan untuk aktualisasi diri. Saat seseorang datang, mungkin saja mereka hadir untuk memenuhi kebutuhan kita, seperti rasa dihargai, diterima, atau bahkan sekadar ditemani di saat-saat sulit. Namun, seiring berjalannya waktu, kebutuhan itu bisa berubah, dan hubungan pun berubah. Kadang bukan karena ada salah satu pihak yang melakukan kesalahan, tapi memang perjalanan hidup kita berbeda arah.

Sosiologi juga menawarkan pandangan lain. Dalam social exchange theory, hubungan sosial dibentuk berdasarkan pertukaran yang saling menguntungkan. Ketika kebutuhan, atau situasi berubah, hubungan tersebut bisa saja memudar. Ini bukan tentang siapa yang lebih baik, atau lebih buruk, tapi lebih tentang situasi yang tidak lagi sejalan. Hal ini sering terjadi, terutama di dunia yang penuh dinamika, seperti hubungan pertemanan di kampus atau tempat kerja. Ketika lingkungan dan situasi berubah, kita tak bisa menghindari perubahan dalam hubungan sosial.

Kehadiran yang Memiliki Tujuan

Namun, meskipun perpisahan itu menyakitkan, ada hal yang lebih dalam yang bisa kita pelajari. Dalam Islam, kita diajarkan bahwa setiap pertemuan dan perpisahan itu bukan kebetulan. Allah Ta'ala berfirman:


"Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan."

 (QS. An-Naba: 8)

Manusia memang diciptakan untuk saling melengkapi. Ada yang datang untuk memberi pelajaran, ada yang datang untuk menguatkan hati kita, dan ada pula yang datang untuk menguji sejauh mana kita bisa mengikhlaskan kepergian mereka. Setiap pertemuan adalah bagian dari takdir yang membentuk kita menjadi lebih baik, dan setiap perpisahan, meskipun menyakitkan, bisa menjadi bagian dari proses ini.

Dalam perjalanan hidup ini, kita sering kali berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan orang-orang baik yang bisa mengarahkan kita menuju kebaikan. Mungkin, orang yang pergi dari hidupmu adalah jawaban dari doa itu. Kehilangannya mungkin Allah izinkan sebagai cara untuk menjauhkanmu dari sesuatu yang tidak baik, meski hatimu terasa berat. Kita tidak selalu bisa melihat hikmah dari kepergian itu, tapi percayalah bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik.

Belajar Ikhlas dan Melangkah Maju

Mengikhlaskan bukan berarti melupakan, tapi lebih kepada menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan tinggal dalam hidup kita selamanya. Beberapa orang datang hanya untuk memberi warna dalam perjalanan kita, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan mereka masing-masing. Begitu juga dengan kita, terkadang kita harus beranjak pergi dari kehidupan orang lain untuk memberi mereka kesempatan tumbuh dengan cara mereka sendiri.

Dalam konteks psikologi, ini bisa dihubungkan dengan konsep resilience, atau ketangguhan emosional. Ketangguhan ini tidak hanya berbicara soal kemampuan bertahan dalam kesulitan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa belajar dan tumbuh dari pengalaman tersebut. Setiap perpisahan, meskipun menyakitkan, adalah kesempatan untuk membangun ketangguhan dalam diri kita. Ketika kamu belajar menerima kenyataan dengan lapang dada, kamu akan menemukan bahwa kepergian seseorang bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari perjalanan yang lebih besar.

Menyadari Kehadiran yang Abadi

Sementara orang-orang datang dan pergi, ada satu hal yang tetap abadi: Allah  Ta'ala. Manusia mungkin datang, dan pergi, tetapi Allah selalu ada, mendengarkan, dan memahami. Ketika kamu merasa kehilangan, kembalilah kepada-Nya. Dialah sumber ketenangan sejati.

Allah Ta'ala  berfirman:


"Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

 (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Di tengah segala kesulitan, dan perpisahan, Allah selalu menyediakan kemudahan. Jangan biarkan kesedihan, dan kehilangan menghalangi kamu untuk melihat kemudahan yang Dia sediakan. Kehilangan seseorang bisa jadi jalan untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidupmu.

 Bersyukur dan Bertumbuh

Setiap orang yang datang ke dalam hidupmu adalah hadiah, meskipun terkadang mereka hanya datang untuk sementara. Mereka mengajarkan kita banyak hal, mulai dari arti persahabatan yang sejati hingga pentingnya menerima kenyataan hidup. Bersyukurlah atas setiap pertemuan, dan ikhlaskan setiap perpisahan. Mereka mungkin pergi, tetapi hikmah dari kehadiran mereka akan tetap tinggal dalam hidupmu selamanya.

Hidup ini adalah perjalanan, dan dalam setiap langkah, Allah selalu bersama kita. Jadikan Dia tempat bergantung, dan kamu akan menemukan bahwa tidak ada perpisahan yang benar-benar menyakitkan, karena hati kita selalu tenang bersama-Nya.

Jadi, ketika seseorang pergi, ucapkan terima kasih. Terima kasih untuk waktu yang pernah dihabiskan bersama, dan terima kasih untuk pelajaran yang ditinggalkan. Sebab, mereka mungkin pergi dari hidupmu, tetapi hikmah dari kehadiran mereka akan tinggal selamanya.

Referensi:

  1. Al-Qur'an, Surat An-Naba, ayat 8.
  2. Al-Qur'an, Surat Al-Insyirah, ayat 5-6.
  3. Hadis Riwayat Bukhari, "Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya."
  4. Myers, D. G. (2010). Social Psychology (10th ed.). McGraw-Hill Education.
  5. Hurlock, E. B. (1980). Developmental Psychology: A Life-Span Approach (5th ed.). McGraw-Hill.
  6. Gergen, K. J. (2009). An Invitation to Social Construction (2nd ed.). Sage Publications.
  7. Maslow, A. H. (1943). "A Theory of Human Motivation." Psychological Review, 50(4), 370-396.
  8. Durkheim, . (1897). Suicide: A Study in Sociology. Free Press, 1951.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun