Teguran yang Menginspirasi, Bukan Melukai
Ada kalanya, seorang dai perlu menyampaikan teguran. Namun, cara menyampaikan teguran tersebut sangat menentukan apakah pesan akan diterima atau ditolak. Mari kita belajar dari Rasulullah yang menghadapi caci maki dan hinaan dengan penuh kelembutan.
Dalam salah satu kisah, seorang Yahudi datang menghina Rasulullah. Alih-alih membalas dengan kasar, Rasulullah justru mendoakan kebaikan untuknya. Akhirnya, Yahudi tersebut luluh, dan masuk Islam.
Kisah ini menjadi teladan bahwa kelembutan lebih efektif dalam menyentuh hati dibandingkan dengan kekerasan.
  Pelajaran dari Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumuddin, memberikan nasihat yang relevan bagi para dai:
"Lisan adalah alat utama seorang dai, namun ia juga bisa menjadi senjata yang paling berbahaya jika tidak digunakan dengan hikmah."
Menurut Al-Ghazali, seorang dai harus bijak dalam menggunakan lisan. Keseimbangan antara kelembutan, dan ketegasan sangat penting agar dakwah bisa mencapai hati umat. Jika seorang dai hanya mengandalkan ketegasan tanpa kelembutan, maka ia akan kehilangan simpati. Sebaliknya, jika ia hanya mengandalkan kelembutan tanpa ketegasan, dakwahnya akan dianggap lemah.
Berbicara untuk Mengangkat Derajat, atau Menjerumuskan ?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengingatkan tentang dampak besar dari setiap kata yang diucapkan:
"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kata yang diridhai Allah, yang tidak ia perhatikan, namun dengannya Allah mengangkat derajatnya. Dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kata yang dimurkai Allah, yang tidak ia perhatikan, namun dengannya ia terjerumus ke dalam neraka."