Daun kering berserakan di jalanan berbatu runcing
Tertiup angin pengampun dari penguasa kerajaan langit
Deru debu menghias terik, canda dan gurau penghuni rajut sentosa
Â
Kakek tua membungkuk di seberang jalanan berpasir
Ia tersesat dalam perangkap kesedihan saat melihatmu
Menangis.. tertawa.. dan kembali menangis..
Â
Dalam tangis, sang kakek berseru..
Hai kau anak muda!, sampai kapan kau akan duduk?
Sementara masa depanmu masih kau gantungkan pada orang lain
Makananmu masih kau ambil dari hasil keringat orang lain
Â
Tak malukah dirimu melihat para pendahulumu?
Yang berkorban darah dan nyawa untuk kemerdekaan?
Apa kau lupa? Apa kau buta? Apa kau tuli?
Lantas dimana bukti kemenanganmu hari ini?
Â
Lihat dirimu! Apa kau sudah merdeka? Ha?
Atau malah terjajah oleh kelalaian dirimu sendiri.
Â
Gowa, 23 Agustus 2015