Hasan juga mengaku terdapat 4 objek yang akan diawasi pihaknya, wajib harus diawasi. Bawaslu.
"Bawaslu membutuhkan rekan untuk mengawas semua kegiatan pemilu ini dan itulah pentingnya bawaslu bermitra dengan mahasiwa dan lembaga lain seperti saat ini," lanjut Hasan.
Hasan juga berharap dengan adanya dialog tersebut bisa melahirkan gebrakan untuk memfinisikan 4 obyek diatas.
"Partisipasi dari OKP yang ada di NTB ini sangat diharapkan dengan berperan dalam pengawasan pemilu sehat," timpalnya.
Narasumber kedua, Dr Ihsan Hamid mengatakan bahwa agenda reformasi sangat penting dikawal oleh organisasi kepemudaan.
"Dan peran penting dari pemuda di NTB dipertimbangkan karena secara intelektual, sangat bagus," jelas Ihsan.
"Cendrung mencoba membangun demokrasi subsktural ditengah pemuda atau ditengah kampus bahkan ditengah kaum milenial NTB," sambungnya.
Menurut Ihsan, selama 32 tahun berlalu, peserta pemilu hanya terdiri dari 3 peserta. Hal itu kata dia, membuat sistem pemilu menjadi buram dan belum adanya inisiasi perbaikan.
"Berkaca dari kondisi ini kemudian proses pemilu diinstalisasi menjadi pemilu seperti saat ini dan untuk itu pemuda adalah memiliki peran penting dalam jalannya pemilu," bebernya.
"Politisasi SARA itu masuk melalui demokrasi kebablasan dan kondisi itu bisa tetap terjadi jika semua kita tidak mengawasi pemilu dengan gerakan cekat dan tepat melalui digitalisasi," imbuhnya.
Diketahui bahwa jumlah pemilih milenial di NTB berjumlah 54, 2 persen dari 3 juta DPT. Kata Ihsan, hal itu membuktikan pemilih milinial ini sangat menentukan arah pemilu 2024.