Mohon tunggu...
Mohammad Rafi Azzamy
Mohammad Rafi Azzamy Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pelajar

Menjadi manusia yang bersyukur dengan cara bernalar luhur dan tidak ngelantur | IG : @rafiazzamy.ph.d | Cp : 082230246303

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muhammadiyah, Masihkah Berkemajuan?

18 November 2021   13:11 Diperbarui: 18 November 2021   13:23 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Apakah Muhammadiyah masih Berkemajuan?
 

 Saya rasa Muhammadiyah adalah persyarikatan yang amat sangat luar biasa, dengan puluhan ribu amal usaha, juga tak lupa kiprahnya dalam sejarah, bukan hanya itu, Muhammadiyah telah menyentuh segala aspek kehidupan manusia, seperti kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan masih banyak yang lainnya. Juga warganya yang saya tau amat moderat, dengan memandang hal ini apakah Muhammadiyah tak dapat dikatakan sebagai "Islam yang tak berkemajuan?".

 Seperti aneh bahkan bisa dibilang khayal oleh banyak orang kalau mengatakan "Muhammadiyah tak berkemajuan", karena pada realitasnya Muhammadiyah mungkin dapat dikatakan sangat berkemajuan, lalu apa sih yang membuat Muhammadiyah dikatakan sebagai Islam yang kurang berkemajuan?.

 Di paragraf sebelumnya, saya sempat menuliskan 5 kriteria Islam Berkemajuan menurut Prof. Mu'ti, coba pembaca lihat kriteria nomor 3 dari 5 kriteria tersebut. Jelas di sana "Islam Berkemajuan" juga menjunjung tinggi aspek modernitas, lalu jikalau kita mencoba bicara modernitas secara sosiologis, kita pasti akan banyak melirik sosial media sebagai lambang modernitas.

 Pertanyaannya "Bagaimana dakwah Muhammadiyah di sosial media? Kuat kah?", coba pembaca renungkan secara objektif, bahwa Muhammadiyah sangatlah berkemunduran pada dakwah di sosial media, sangat jauh dengan Salafi, Sufi maupun NU. Dimana mereka sangat maju dalam dakwah di sosial media, kalau kita melihat aspek ke-3 tadi sebagai suatu simbolisasi "Islam Berkemajuan", maka Muhammadiyah masih kalah berkemajuan oleh mereka (salafi, sufi, NU) di dalam dakwah sosial media.

 Prof. Haedar juga pernah menyinggung bahwasanya Muhammadiyah kurang kuat di dalam pembumian ideologinya, sehingga bisa dibilang masih sedikit orang yang benar-benar memahami apa itu Muhammadiyah (baca : memahami ideologi Muhammadiyah). Hal tersebut dikarenakan Muhammadiyah masih berkemunduran dalam menanggapi modernitas dakwah, di sosial media terutama, sangat jarang sekali ceramah para Ulama' Muhammadiyah terpublikasi, padahal fasilitas publikasi lebih mumpuni daripada yang lainnya.

 Saya seringkali berdiskusi dengan kader-kader muda dari Muhammadiyah, banyak dari mereka yang bangga pada Muhammadiyah karena banyaknya amal usaha yang Muhammadiyah punya, begitupula saya pada awalnya. Amatlah kagum mata dan jiwa saya ketika melihat betapa luar biasanya Muhammadiyah dalam memegang teguh paradigma Rahmatan Lil Alamin di dalam Islam.

 Tapi kekaguman membawa kita pada kemapanan yang mengakibatkan kita tak menyadari kekurangan, saya mencoba mengamati Muhammadiyah secara kritis, saya reduksi kembali pandangan keluarbiasaan saya pada Muhammadiyah, pandangan yang barusan saya bahas. Betapa anehnya Muhammadiyah, ia memiliki puluhan ribu amal usaha, dengan para pakar dan ilmuwan yang amat luar biasa, juga betapa ngeri anak mudanya, ehh tapi kalah dakwah digitalnya.

 Padahal kurang apa aset dakwah Muhammadiyah, universitas dengan intelektual yang melimpah, alat-alat modern yang mumpuni dan amat canggih, para pakar yang banyak sekali jumlahnya, tapi mengapa Muhammadiyah kalah dalam dakwah digitalnya? Saya pribadi telah menyurvei beberapa kalangan masyarakat, dengan tujuan ingin mengetahui pandangan lain terhadap Muhammadiyah.

 Kebanyakan dari mereka yang berbincang dengan saya, mengatakan bahwa Muhammadiyah hari ini bisa dibilang kalah dalam globalisasi ideologi, karena Muhammadiyah masih amat kaku dalam dakwahnya, baik dalam sosialisasi maupun digitalisasi. Sangat sayang sekali kalau substansi ideologis Muhammadiyah tak terpublikasi secara luas, bahkan soal fatwa  terkait hal baru, Muhammadiyah sering terlambat dalam menunjukkan/mempublikasikan fatwanya.

 Maka dari itu, Muhammadiyah harus menjadi "berkemajuan" secara kaffah, bukan hanya lewat amal usaha dalam dunia realita, tapi juga lewat dakwah dalam sosial media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun