Kalimat "Kamu ndak nganu supaya nganu itu terlaksana seperti yang dianu sama yang anu itu loh" sesuai prinsip differance dapat dimaknai menjadi apa saja, semisal menjadi "Kamu nggak nggelundung supaya tugasmu terlaksana seperti yang disunnahkan sama gundule teman ayahmu itu loh". Differance mengisyaratkan kebebasan pemaknaan dalam bahasa, kata 'nganu' sejak awal telah memiliki kebebasan tersebut.
 "Bahasa dalam hyper-semiotika itu untuk dirayakan, bukan untuk dikomunikasikan"
Pada akhirnya 'nganu' tetap menjadi 'nganu'
 Kita telah melihat bahwa 'nganu' memiliki diferansialitas-entropis (pemaknaan tak terbatas dengan maksimumnya ketidakjelasan), maka kata 'nganu' yang membingungkan ini sudah sepatutnya kita rayakan.
 Tentu kata 'nganu' tak bisa disebut komunikasi yang baik, tapi kata 'nganu' membuat redudansi akan semakin kompleks. Kata 'nganu' adalah representasi dari pembebasan hegemoni atas segala 'nganu' yang mengurung diri.Â
 Mari kita rayakan nganu ini dengan mengucapkan :
 "Nganu kepada nganu, selamat menganu dan dianu, anuku adalah anumu, anumu adalah anuku"