Murid itu menuntut bukan menurut
 Kali ini kita memasuki topik utama tulisan ini, mengenai hakikat murid sebagai penuntut bukan penurut, melihat fenomena hari ini, seperti apa yang telah saya jelaskan di paragraf awal, bahwa marabahaya telah menimpa pendidikan kita, ditandai dari hilangnya eksistensi penuntut ilmu dalam diri murid. Murid belajar, menaati peraturan, mengerjakan tugas dan semacamnya hanya sekedar bentuk penurutan terhadap peraturan yang berlaku.
 Sangat jarang kita temukan murid yang benar-benar menaati peraturan demi majunya masa depan diri mereka, yang ada hanyalah nurut, nurut, nurut dan nurut. Hilangnya eksistensi penuntut ilmu dapat mengakibatkan hilangnya pengetahuan dan matinya pemikiran, yang pada puncaknya akan menghancurkan masa depan, lalu bagaimana solusinya?.
Hancurkan berhala yang ada di sekolah
 Guru atau siapapun itu, yang mana mereka selalu menggunakan identitasnya untuk menciptakan keadaan seperti yang mereka inginkan, seperti guru yang hanya memberikan tugas tanpa menerangkan, guru yang selalu saja mementingkan kerapian ketimbang penalaran, dan masih banyak tipe guru yang lainnya, merekalah yang mungkin menjadi berhala kesesatan dunia pendidikan, merekalah yang harus terus dikritisi.
 Ada lagi yang paling sering didapati, yakni kasus 'cidro janji' yang diciptakan oleh sekolah, kasus ini berawal dari promosi sekolah yang sedemikian rupa kepada calon muridnya. Tapi setelah calon murid menjadi murid sesungguhnya, ternyata sekolah mblenjani janji yang tertera pada promosi-promosinya, hal ini wajib dituntut dan dicari, bukan malah dibiarkan terjadi.Â
 Janganlah takut tuk menuntut dan meminta tanggung jawab atas janji-janji sekolah yang diutarakan ketika promosi, jangan takut tuk menuntut guru yang semaunya sendiri, jangan takut melawan menggunakan ilmu pengetahuan. Namun, tetaplah hormati guru, teruslah menuntut ilmu karena itulah kamu, semangat melawan ketidakadilan di dunia pendidikan.
"Jangan takut melawan, cobalah sekali saja nanti juga ketagihan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H