Batu nisan 'sementara' tersebut dibuat dari 200 bongkah styrofoam, dihias dengan meyakinkan hingga mirip batu asli berbahan marmer. Ia merupakan wahana manipulatif kesedihan yang tak bisa tenggelam. Ia juga sekaligus lambang ingatan yang tak akan pudar, betapapun pahitnya.
Namun pada sisi lain, gambaran ini memiliki kekuatan lain dengan tingkat kengerian yang luar biasa. Bahwa perang, betapapun terpaksanya untuk dilakukan merupakan takdir paling buruk yang harus dihadapi oleh seorang manusia. Perang tidak hanya merenggut nyawa, namun juga mematikan harapan, nalar dan masa depan seorang manusia.Â
Perang yang hingga kini masih terjadi di belahan bumi lain tentu menyisakan lubang-lubang kepedihan yang teramat dalam dan sukar untuk dihilangkan. Pengungsi, adalah salah satu contoh nyata betapa perang telah membuat sang tuan rumah terusir di rumah sendiri. Dan sikap para pendukung Brexit yang bersiap mengisolasi diri, menolak kedatangan tamu yang 'terusir' dari rumahnya sendiri itu bagi saya tidak lebih dari tindakan yang sangat pengecut.
Pada akhirnya, Brexit bukan hanya berkutat pada persoalan ekonomi maupun politik. Tapi lebih mendasar dan lebih mendasar lagi, ialah tentang kepedulian terhadap kemanusiaan. Bagi saya Brexit mendandakan ketidakdewasaan bangsa inggris dalam menyikapi perubahan dunia. Di era serba keterbukaan ini, menutup diri dengan dalih isu imigran padahal di bagian bumi yang lain sedang terjadi pertumpahan darah adalah tindakan yang sungguh sangat berdosa.Â
Apalagi jika saja efek domino dari wabah 'exit Uni Eropa' ini mulai menjangkiti negara lain untuk segera mengisolasi diri, kemudian secara bersama-sama menyatakan penolakan terhadap pengungsi perang dan konflik. Maka pada saat itulah artinya mereka sebenarnya sedang menyatakan diri melawan perubahan zaman. Sebab nalar kemanusiaan dan pedulian mereka terhadap manusia lain telah bungkam kemudian membusuk dan mati seiring perkembangan waktu. Dan mereka artinya sedang bersiap-siap tergilas oleh roda zaman.
Lalu, apa kita juga akan ikut bungkam? Lihat tanda tanya itu.
Jurang antara ketidakpedulian dan rasa kemanusiaan yang memuncak.
Referensi dan Pustaka:
[1]Â http://www.bbc.com/news/politics/eu_referendum/results
[2] David Baker, Pauline Schnapper; Britain and The Crisis of The European Union; United Kingdom. Palgrave Macmillan: 2015
[3]Â https://www.theguardian.com/business/live/2016/feb/22/pound-falls-city-gets-brexit-jitters-business-live
[4] David Baker, Pauline Schnapper; Britain and The Crisis of The European Union; United Kingdom. Palgrave Macmillan: 2015 Hal. 4
[5]Â https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/364980/Summary_State_of_the_Nation_2014.pdf
[6] lihat negara penganut anti-eropa di https://en.wikipedia.org/wiki/Euroscepticism
[7]Â http://www.theguardian.com/politics/2016/feb/21/boris-johnson-joins-campaign-to-leave-eu
[8]Â http://www.theguardian.com/politics/2016/feb/22/pm-takes-battle-to-mps-after-johnson-joins-campaign-to-leave-eu
[9]http://www.lisbon-treaty.org/wcm/the-lisbon-treaty/treaty-on-European-union-and-comments/title-6-final-provisions/137-article-50.html
[10] ibid;
[11]Â http://www.legislation.gov.uk/ukpga/2015/36/pdfs/ukpga_20150036_en.pdf
[12]Â http://www.bbc.com/indonesia/vert_cul/2016/06/160608_vert_cul_flotila
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H