Wilayah terdekat yang telah dijamah oleh Disney untuk filmnya adalah China (Mulan), Indochina/Vietnam (Raya and the Last Dragon) dan Polynesia (Moana). Disney sama sekali belum menyentuh kebudayaan Nusantara sebagai sebuah subkultur yang digunakan dalam tema film-film ikoniknya.Â
Ketika Disney sudah menyentuh wilayah Vietnam dan sekitarnya maka wilayah Nusantara dapat menjadi satu langkah terdekat untuk inspirasi pembuatan film animasinya.Â
Dengan adanya tokoh baru yang berasal dari Nusantara maka Disney dapat membuat sebuah ruang lingkup wahana baru bagi Disneyland Borneo untuk Raya and the Last Dragon serta sebuah karya baru yang berasal dari Nusantara.Â
Disneyland Borneo dapat menjadi sebuah tempat untuk menggambarkan realitas dan kebudayaan masyarakat Asia Tenggara secara keseluruhan dan menggambarkan adanya wilayah Asia Tenggara yang asri dan eksotis bagi masyarakat Eropa dan Amerika.
Penutup
Disneyland Borneo sebaiknya menjadi sebuah rekontekstualisasi wahana-wahana Disneyland di Eropa dan Amerika dengan realita yang ada di wilayah Nusantara.Â
Dengan adanya rekontekstualisasi tersebut maka masyarakat Eropa dan Amerika yang menjadi turis asing di Disneyland Borneo tidak menghadapi hal yang sama dengan daerah mereka tetapi mendapatkan sebuah pengalaman yang unik dan eksotis untuk mereka ceritakan terhadap keluarga maupun teman-temannya di negara mereka masing-masing.Â
Selain itu Disneyland Borneo dapat menjadi pintu gerbang untuk wisata para turis asing dan memahami konteks lokal untuk mendatangi tempat-tempat yang berisi tradisi lokal yang otentik sehingga mereka dapat mengalami sendiri apa yang menjadi budaya lokal dan realitas yang ada pada lokalitas Kalimantan sebagai pengalaman hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H