Pendahuluan
Pemindahan ibukota yang dilakukan pada masa Joko Widodo merupakan salah satu peristiwa penting bagi Indonesia di era ini. Bahwasanya berpindahnya ibukota juga akan membentuk suatu sentra kepadatan penduduk serta aktivitas ekonomi baru di wilayah Kalimantan.Â
Sentra pembangunan akan berubah dan tidak hanya dipusatkan di wilayah Pulau Jawa dikarenakan adanya sebuah sentra pemerintahan dan ekonomi baru di Indonesia bagian tengah.Â
Namun tidak hanya aktivitas ekonomi berupa sektor jasa dan industri saja yang perlu dibangun tetapi industri yang bersifat entertainment untuk keperluan pariwisata juga perlu untuk dibangun demi menarik minat para wisatawan asing maupun lokal dan berkontribusi terhadap perekonomian yang ada pada wilayah tersebut.
Salah satu konsep wisata yang menarik adalah konsep Disneyland. Disneyland merupakan sebuah konsep pariwisata yang mengangkat karya-karya Disney sebagai tema utama dalam wahana pariwisata tersebut.Â
Tentu untuk Disneyland Borneo yang akan penulis canangkan tidak hanya berupa konsep umum Disneyland pada umumnya tetapi lebih kepada rekontekstualisasi konsep Disneyland atas lokalitas yang ada di wilayah Kalimantan itu sendiri.Â
Hal ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan asing maupun lokal yang melihat adanya keunikan Kalimantan dipadukan dengan konsep Disneyland. Mengapa harus ada rekontekstualisasi? Karena Kalimantan itu sendiri memiliki keunikan-keunikan pada wilayah dan budayanya dan berbeda dengan budaya global-modern yang ada pada negara-negara di wilayah Eropa dan Amerika Utara.
Pembahasan
Pada bagian pembahasan akan diberikan ide-ide mengenai wahana-wahana yang dapat dimunculkan dalam Disneyland Borneo yang direkontekstualisasikan dengan kondisi lokalitas yang ada.Â
Konsep dasar untuk lokalitas tentunya adalah rekontekstualisasi Adventureland yang umum ada di Disneyland di seluruh dunia. Adventureland merupakan penggambaran atas hutan dan sungai di wilayah Asia-Afrika terutama di wilayah tropis dan menggambarkan wilayah tersebut yang eksotis dan penuh atas petualangan bagi masyarakat Eropa dan Amerika Utara. Beberapa wahana dari Adventureland yang dapat direkontekstualisasi adalah :
Jungle Cruise
t dipersuasi untuk melanjutkan imajinasinya dengan mendatangi dan berwisata di lokasi-lokasi yang digambarkan tersebut.
Indiana Jones Adventure
Indiana Jones Adventure merupakan sebuah wahana petualangan yang menggambarkan petualangan Indiana Jones di Kuil Mata Terlarang (Temple of Forbidden Eye). Wisatawan akan digambarkan bahwa mereka memasuki Kuil tersebut dikarenakan ekspedisi Indiana Jones membutuhkan dana lebih dan mengundang para wisatawan untuk berkontribusi pada ekspedisi ekskavasi tersebut.Â
Selain itu Jones juga dinyatakan hilang dan ekspedisi tersebut tetap melakukan turisme untuk membantu mereka mencari Jones.Â
Wisatawan akan menjadi para wisatawan dalam tur tersebut dan mengalami kejadian-kejadian yang pada akhirnya membuat mereka menemukan Jones dan melarikan diri dari kuil tersebut bersamanya.Â
Kontekstualisasi yang dapat dimunculkan adalah membentuk sebuah cerita baru bahwasanya ada petualangan baru Jones yang terjadi di Kalimantan dan para wisatawan akan menemukan sebuah petualangan yang mereka alami di Kalimantan bersama dengan Jones.
Enchanted Tiki Room
Enchanted Tiki Room merupakan sebuah wahana yang menunjukkan budaya dan musik wilayah Polynesia. Pertunjukan musik ini sepenuhnya dilakukan oleh animasi para hewan terutama burung Macaw yang menjadi pembawa acara serta pelaku musik.
Animasi hewan-hewan ini didubbing oleh pengisi suara. Untuk rekontekstualisasinya adalah dimana hewan-hewannya dapat diubah menjadi hewan-hewan endemik Kalimantan maupun Indonesia secara umum serta menggambarkan budaya Indonesia yang kaya akan pertunjukan musik dan tarian dan menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia yang dapat dinikmati oleh wisatawan baik asing maupun domestik Indonesia.
Selain 3 wahana yang berasal dari rekontekstualisasi Adventureland, tentu dibutuhkan adanya wahana-wahana lokal yang menggambarkan kondisi lokalitas yang ada di Kalimantan.Â
Salah satu ide yang menarik selain rekontekstualisasi adalah memunculkan sebuah tokoh Nusantara baru sebagai bagian dari Disney, hal ini dikarenakan belum ada tokoh Nusantara sebagai bagian penting dari film-film Disney maupun sebuah film tematik yang menceritakan tentang Nusantara.Â
Wilayah terdekat yang telah dijamah oleh Disney untuk filmnya adalah China (Mulan), Indochina/Vietnam (Raya and the Last Dragon) dan Polynesia (Moana). Disney sama sekali belum menyentuh kebudayaan Nusantara sebagai sebuah subkultur yang digunakan dalam tema film-film ikoniknya.Â
Ketika Disney sudah menyentuh wilayah Vietnam dan sekitarnya maka wilayah Nusantara dapat menjadi satu langkah terdekat untuk inspirasi pembuatan film animasinya.Â
Dengan adanya tokoh baru yang berasal dari Nusantara maka Disney dapat membuat sebuah ruang lingkup wahana baru bagi Disneyland Borneo untuk Raya and the Last Dragon serta sebuah karya baru yang berasal dari Nusantara.Â
Disneyland Borneo dapat menjadi sebuah tempat untuk menggambarkan realitas dan kebudayaan masyarakat Asia Tenggara secara keseluruhan dan menggambarkan adanya wilayah Asia Tenggara yang asri dan eksotis bagi masyarakat Eropa dan Amerika.
Penutup
Disneyland Borneo sebaiknya menjadi sebuah rekontekstualisasi wahana-wahana Disneyland di Eropa dan Amerika dengan realita yang ada di wilayah Nusantara.Â
Dengan adanya rekontekstualisasi tersebut maka masyarakat Eropa dan Amerika yang menjadi turis asing di Disneyland Borneo tidak menghadapi hal yang sama dengan daerah mereka tetapi mendapatkan sebuah pengalaman yang unik dan eksotis untuk mereka ceritakan terhadap keluarga maupun teman-temannya di negara mereka masing-masing.Â
Selain itu Disneyland Borneo dapat menjadi pintu gerbang untuk wisata para turis asing dan memahami konteks lokal untuk mendatangi tempat-tempat yang berisi tradisi lokal yang otentik sehingga mereka dapat mengalami sendiri apa yang menjadi budaya lokal dan realitas yang ada pada lokalitas Kalimantan sebagai pengalaman hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H