Mohon tunggu...
MUHLISIN
MUHLISIN Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FTIK IAIN Pekalongan

Ketua LP Ma'arif NU Kab Pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puasa dan Karakter Kejujuran

18 Mei 2020   14:04 Diperbarui: 26 Mei 2020   09:33 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang terpola jujur akan memiliki keteraturan antara perkataan dan perbuatannya, bagaikan air yang mengalir apa adanya. Memang, menerapkan kejujuran terdapat banyak hambatan dan ujian, di mana seseorang yang harus berani mengatakan apa adanya dan siap menerima kenyataan respon dari komunitasnya.

Berangkat dari narasi di atas, apakah puasa dapat disebut sebagai ibadah yang mampu membentuk seseorang memiliki karakter kejujuran? Secara normative dan empiris, tentu dapat dijawab dengan optimis bahwa puasa dapat membentuk karakter kejujuran. Tentu dengan syarat dan ketentuan bahwa ibadah puasa yang dijalaninya benar-benar hanya karena mengharap ridla dari Allah SWT, bukan untuk kepentingan pencitraan religiusitas. 

Sebagaimana sabda Rasulullah  “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari dan Muslim). 

Menurut pendapat para ulama, yang dimaksud berpuasa atas dasar iman adalah berpuasa karena meyakini akan kewajiban dan kebenaran puasa secara mantap. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala SWT, bukan karena manusia, sehingga aroma ketulusan secara batiniyah.

Melalui berpuasa secara istiqomah, seseorang akan senantiasa berjuang secara maksimal untuk  menjaga puasanya agar terbebas dari kemaksiatan yang dapat membatalkannya. Citra diri yang mampu terjaga dari kemaksiatan akan memberikan pesona kepribadian yang luhur. Pada titik inilah, puasa memantulkan kejujuran dan menjadi wasilah sebagai sosok yang dapat dijadikan referensi kebaikan bagi orang lain di sekelilingnya. 

Publik tentu akan menempatkan orang yang berkarakter jujur sebagai pribadi yang memiliki integritas kuat dalam hidup, karena apa yang ada di dalam dan di luar dirinya adalah cermin jiwanya. Dengan modal kejujuran, seseorang akan menjalani hidup dan kehidupan yang terbebas dari aroma kemunafikan, kepalsuan dan sandiwara. Wallahu a’lam Bisshawab

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun