Mohon tunggu...
Muhimatun Nafiah
Muhimatun Nafiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Walisongo Semarang

Tabassam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatkan Pembelajaran Dewasa Melalui Kolaborasi: Strategi Efektif dalam Andragogi

15 Juni 2023   00:03 Diperbarui: 15 Juni 2023   00:16 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Kolaborasi Dalam Pembelajaran Dewasa

  • Menurut Nawawi (1984), kolaborasi merupakan strategi penting dalam pendekatan andragogi untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan melalui pembagian tugas atau pekerjaan. Pembagian tugas tersebut tidak hanya sebagai cara untuk membagi-bagi pekerjaan, tetapi harus tetap dianggap sebagai sebuah kesatuan kerja yang saling terkait dan terarah untuk mencapai tujuan bersama.
  • Pentingnya Kolaborasi dalam Pembelajaran Dewasa:Kolaborasi memungkinkan peserta dewasa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide mereka. Melalui kolaborasi, peserta dewasa dapat belajar dari perspektif dan pemikiran orang lain, memperluas pemahaman mereka, dan memperkaya diskusi. Kolaborasi juga dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi peserta dewasa, karena mereka merasa lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
  • Perbedaan antara pembelajaran individual dan kolaboratif terletak pada cara peserta dewasa terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran individual lebih berpusat pada peserta dewasa secara mandiri dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Sementara itu, pembelajaran kolaboratif melibatkan kerja sama aktif antara peserta dewasa untuk menciptakan lingkungan belajar yang saling mendukung, menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam, dan mengembangkan keterampilan sosial.

Manfaat Kolaborasi Dalam Pembelajaran Dewasa

a. Peningkatan Pemahaman: Kolaborasi memungkinkan peserta dewasa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam melalui pertukaran gagasan dan perspektif dari rekan mereka.

b. Peningkatan Keterlibatan: Kolaborasi mendorong peserta dewasa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, meningkatkan motivasi mereka dan keinginan untuk belajar.

c. Peningkatan Kemampuan Sosial: Kolaborasi membantu peserta dewasa mengembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, komunikasi efektif, dan negosiasi.

d. Pengembangan Kemampuan Kolaboratif: Melalui kolaborasi, peserta dewasa dapat meningkatkan kemampuan kolaboratif mereka, seperti kemampuan untuk bekerja dalam tim, memimpin, dan menghargai kontribusi orang lain.

Dalam pembelajaran dewasa, kolaborasi menjadi landasan penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, interaktif, dan memperkaya pengalaman pembelajaran. Melalui diskusi kelompok, proyek tim, dan kerja kelompok, peserta dewasa dapat memperoleh manfaat yang signifikan dalam pemahaman, keterlibatan, dan pengembangan keterampilan kolaboratif.

Strategi Kolaboratif Dalam Pembelajaran Dewasa

Menurut Callahan (2012), terdapat tiga bentuk kolaborasi yang umum:

1. Kolaborasi Tim

Dalam bentuk ini, anggota tim saling mengenal satu sama lain dan terdapat pembagian tugas yang terkait. Tujuan dan harapan timbal balik ditetapkan dengan jelas, serta ada batas waktu pencapaian tujuan. Anggota tim harus siap menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang telah disepakati. Pentingnya kepemimpinan yang kuat sebagai pemimpin kolaboratif diperlukan untuk memotivasi peserta dan memastikan hasil kerja yang adil bagi semua anggota kolaborasi. Anggota dari luar tim juga dapat bergabung, tetapi perlu aturan dan pembagian peran yang jelas.

2. Kolaborasi Komunitas

Dalam kolaborasi komunitas, diperlukan pedoman yang jelas untuk membagi kekuasaan (domain) dan tanggung jawab dalam bidang pekerjaan. Seluruh anggota diharapkan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan keahlian yang lebih luas daripada hanya melakukan pekerjaan rutin. Setiap anggota diizinkan untuk bertemu dalam sebuah komunitas yang sudah ada atau membentuk komunitas baru dengan tujuan membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Pertanyaan tentang masalah tersebut diajukan agar anggota komunitas dapat memberikan saran atau nasihat yang relevan dan akurat.

3. Kolaborasi Jaringan:

Kolaborasi jaringan biasanya dimulai dari tindakan individu dalam memenuhi kebutuhan pribadi mereka sendiri, yang kemudian berkembang menjadi jaringan. Setiap individu saling berkontribusi melalui jaringan tersebut. Secara bertahap, anggota-anggota tersebut memperkuat hubungan tersebut secara terbuka dan luas. Dalam kolaborasi ini, tidak ada peran eksplisit yang spesifik bagi setiap anggota, dan mereka mungkin tidak saling mengenal satu sama lain. Namun, mereka memiliki kepercayaan dan keterbukaan antara satu anggota dengan anggota lainnya.

Implementasi Pembelajaran Kolaboratif

Dalam menerapkan pembelajaran kolaboratif, menurut Driver dan Leach (1993) serta Connor (1990) dan Waras (1997), diperlukan penciptaan lingkungan kelas yang berorientasi konstruktivis dengan karakteristik berikut:

a. Siswa tidak hanya menjadi penerima pasif, tetapi secara aktif terlibat dalam proses belajar mereka sendiri - mereka membawa pemahaman mereka ke dalam situasi belajar.

b. Proses pembelajaran menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun makna, seringkali melalui negosiasi antarindividu.

c. Pengetahuan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang ada di luar diri siswa, tetapi terbentuk secara pribadi dan sosial.

d. Guru juga membawa pemahaman mereka ke dalam situasi belajar, tidak hanya dalam hal pengetahuan yang dimiliki, tetapi juga pandangan mereka tentang belajar dan mengajar yang dapat mempengaruhi interaksi dengan siswa di dalam kelas.

e. Pengajaran bukan hanya sekadar mentransmisikan pengetahuan, tetapi juga melibatkan organisasi situasi di dalam kelas dan perancangan tugas yang membantu siswa menemukan makna.

Kurikulum bukan sesuatu yang harus dipelajari secara langsung, melainkan program-program tugas belajar, bahan-bahan, sumber-sumber lain, dan diskusi yang digunakan siswa untuk membangun pengetahuan mereka. Dalam pembelajaran kolaboratif, lingkungan sosial yang kondusif harus diciptakan untuk memfasilitasi interaksi yang menggabungkan keinginan dan kemampuan belajar siswa. Lingkungan ini dapat berupa kelompok kecil yang terdiri dari empat atau lima siswa di setiap kelas, dengan anggota kelompok yang beragam. Artinya, dalam suatu kelompok, berusaha untuk memiliki siswa laki-laki dan perempuan, siswa yang aktif dan yang kurang aktif, serta siswa yang berprestasi dan yang kurang berprestasi. Dengan komposisi seperti itu, diharapkan peran tutor dan saling tutor antara teman dapat terlaksana dalam setiap kelompok.

Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran kolaboratif yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan pembelajaran dan membagi tugas sesuai dengan peran masing-masing.

2. Seluruh siswa dalam kelompok melakukan kegiatan membaca, berdiskusi, dan menulis.

3. Kelompok kolaboratif bekerja secara sinergis dalam mengidentifikasi, mendemonstrasikan, meneliti, menganalisis, dan merumuskan jawaban atau solusi terhadap tugas atau masalah yang ada dalam lembar kerja atau masalah yang mereka temukan sendiri.

4. Setelah kelompok kolaboratif mencapai kesepakatan atas hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan secara individu yang lengkap.

5. Guru secara acak memilih satu kelompok untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratif mereka di depan kelas, sementara siswa dari kelompok lain mengamati, memperhatikan, membandingkan presentasi tersebut, dan memberikan tanggapan. Kegiatan ini berlangsung sekitar 20-30 menit.

6. Setiap siswa dalam kelompok kolaboratif melanjutkan kegiatan elaborasi, inferensi, dan revisi (jika diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan.

7. Laporan dari setiap siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan disusun berdasarkan kelompok kolaboratif.

8. Laporan siswa dikoreksi, diberikan komentar, dinilai, kemudian dikembalikan pada pertemuan berikutnya untuk didiskusikan.

Daftar Pustaka

Saleh, C. (2020). Konsep, Pengertian, dan Tujuan Kolaborasi. Pustaka Universitas Terbuka, 1.

Suryani, N. (2010). Implementasi model pembelajaran kolaboratif untuk meningkatkan ketrampilan sosial siswa. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 8(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun