Mohon tunggu...
Muh Ibnu Sina
Muh Ibnu Sina Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Psikolog Klinis/RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara/Anggota Ikatan Psikolog Klinis Wilayah Jawa Tengah

Satu Satunya Pria Psikolog Klinis yang Eksotis Item Manis Tanpa Pemanis Buatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

No Worry, We're Healthy, We`re Happy

20 November 2022   13:00 Diperbarui: 20 November 2022   13:17 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gale (2022) menambahkan, kesehatan tidak hanya terdiri dari kesehatan fisik dan psikologis saja melainkan dapat dilihat dari aspek interaksi sosial. Bahkan, Gale juga menjabarkan kesehatan individu terwujud dari aktivitas spiritualnya, yang bisa jadi dari perilaku beragamanya, tentang kualitas hidup spiritualnya dan lain semisalnya. Pernyataan ini selaras dengan Setyawan (2010) tersebut di atas bahwa paradigma sehat sudah menyeluruh, holistik. Pelayanan kesehatan pun tidak hanya kuratif dan rehabilitatif melainkan melakukan upaya masif pada sektor promosi dan prevensi kesehatan.

Jika masyarakat sudah diperiksa sekaligus mendapatkan penanganan sesuai asuhan terapis yang terkait, maka masyarakat akan semakin yakin bahwa dirinya dalam kondisi sehat. Jika tidak dalam kondisi sehat, minimal masyarakat memahami apa saja yang harus dilakukan selanjutnya, bisa dengan merubah pola hidup secara mandiri atau mendapatkan penanganan klinis lebih lanjut dan berkesinambungan.

“Kita Sehat!” merupakan suatu penegasan, penguatan (afirmasi) positif dalam diri. Harapannya, kita dapat mengoptimalkan kemampuan diri kita untuk beragam hal. Kita mampu mengelola diri dalam tekanan, bekerja dengan produktif, dan bisa memberikan kebermanfaatan bagi orang lain di sekeliling kita. 

We’re Happy

Kita Bahagia! Setelah mengetahui kondisi diri sehat, merasa nyaman dan tidak khawatir, maka diri kita akan bahagia. Atau, jikalau ternyata hasil pemeriksaan diri menyimpulkan bahwa diri kita sedang “tidak sehat” maka akan segera mendapatkan penanganan dari para terapis terkait (Psikolog Klinis, Fisioterapis, dan Terapis Wicara). Kondisi sehat ini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada kebahagiaan seseorang.

Hasil penelitiannya Miranti (2014) bahwa ada ragam faktor yang memoengaruhi kebahagiaan dalam keluarga, salah satunya adalah kesehatan keluarga. Jika anggota keluarga sehat, maka akan tercipta kebahagiaan di dalam keluarga itu. Lain ceritanya dalam penelitian Wulandari & Widiastuti (2014) seseorang yang sehat fisik dan mentalnya akan sangat berpengaruh pada kebahagiaan saat dirinya bekerja. Maknanya, jika kondisi seseorang itu sehat seutuhnya maka dirinya akan bahagia terutama saat di lingkungan kerja. Berarti, kesehatan dan kebahagiaan seseorang berhubungan erat dengan etos kerja individu.

Referensi :

Anwar, Desi (2020). Apa Yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian : The Art Of Solitude. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Gale, Laura. (2022). Biopsychosocial-Spiritual Assessment : An Overview. Cinahl Information System, a division of EBSCO Information Services, 1509 Wilson Terrace, Glendale, CA 91206

Maskanah, Imas. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. JoPS: Journal of Psychological Students. Vol.1 No.1 (2022): 1-10. DOI: 10.15575/jops.v1i1.17467. https://journal.uinsgd.ac.id. Diunduh 19 November 2022 

Miranti, Asih. (2014). Faktor – Faktor Pembentukan Kebahagiaan dalam Keluarga. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun