Gale (2022) menambahkan, kesehatan tidak hanya terdiri dari kesehatan fisik dan psikologis saja melainkan dapat dilihat dari aspek interaksi sosial. Bahkan, Gale juga menjabarkan kesehatan individu terwujud dari aktivitas spiritualnya, yang bisa jadi dari perilaku beragamanya, tentang kualitas hidup spiritualnya dan lain semisalnya. Pernyataan ini selaras dengan Setyawan (2010) tersebut di atas bahwa paradigma sehat sudah menyeluruh, holistik. Pelayanan kesehatan pun tidak hanya kuratif dan rehabilitatif melainkan melakukan upaya masif pada sektor promosi dan prevensi kesehatan.
Jika masyarakat sudah diperiksa sekaligus mendapatkan penanganan sesuai asuhan terapis yang terkait, maka masyarakat akan semakin yakin bahwa dirinya dalam kondisi sehat. Jika tidak dalam kondisi sehat, minimal masyarakat memahami apa saja yang harus dilakukan selanjutnya, bisa dengan merubah pola hidup secara mandiri atau mendapatkan penanganan klinis lebih lanjut dan berkesinambungan.
“Kita Sehat!” merupakan suatu penegasan, penguatan (afirmasi) positif dalam diri. Harapannya, kita dapat mengoptimalkan kemampuan diri kita untuk beragam hal. Kita mampu mengelola diri dalam tekanan, bekerja dengan produktif, dan bisa memberikan kebermanfaatan bagi orang lain di sekeliling kita.
We’re Happy
Kita Bahagia! Setelah mengetahui kondisi diri sehat, merasa nyaman dan tidak khawatir, maka diri kita akan bahagia. Atau, jikalau ternyata hasil pemeriksaan diri menyimpulkan bahwa diri kita sedang “tidak sehat” maka akan segera mendapatkan penanganan dari para terapis terkait (Psikolog Klinis, Fisioterapis, dan Terapis Wicara). Kondisi sehat ini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada kebahagiaan seseorang.
Hasil penelitiannya Miranti (2014) bahwa ada ragam faktor yang memoengaruhi kebahagiaan dalam keluarga, salah satunya adalah kesehatan keluarga. Jika anggota keluarga sehat, maka akan tercipta kebahagiaan di dalam keluarga itu. Lain ceritanya dalam penelitian Wulandari & Widiastuti (2014) seseorang yang sehat fisik dan mentalnya akan sangat berpengaruh pada kebahagiaan saat dirinya bekerja. Maknanya, jika kondisi seseorang itu sehat seutuhnya maka dirinya akan bahagia terutama saat di lingkungan kerja. Berarti, kesehatan dan kebahagiaan seseorang berhubungan erat dengan etos kerja individu.
Referensi :
Anwar, Desi (2020). Apa Yang Kita Pikirkan Ketika Kita Sendirian : The Art Of Solitude. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Gale, Laura. (2022). Biopsychosocial-Spiritual Assessment : An Overview. Cinahl Information System, a division of EBSCO Information Services, 1509 Wilson Terrace, Glendale, CA 91206
Maskanah, Imas. (2022). Fenomena Self-Diagnosis di Era Pandemi COVID-19 dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental. JoPS: Journal of Psychological Students. Vol.1 No.1 (2022): 1-10. DOI: 10.15575/jops.v1i1.17467. https://journal.uinsgd.ac.id. Diunduh 19 November 2022
Miranti, Asih. (2014). Faktor – Faktor Pembentukan Kebahagiaan dalam Keluarga. Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta