[caption id="" align="alignright" width="175" caption="Image via Wikipedia"][/caption]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Jama’ah Kajian Subuh Online yang dicintai Allah…
Dalam pertemuan ini kita akan membahas sebuah tentang bagaimana kekuatan puasa menjadi benteng pertahanan diri atau perisai bagi manusia. Dalasm sebuah hadits, Rasulullah bersabda: “…maka hendaklah ia berpuasa, sesungguhnya puasa bisa menjadi benteng baginya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Yang dimaksudkan benteng (junnah) di sini adalah perisai yang menjaga diri dari penyakit fisik dan psikologis. Benteng juga bisa berarti sebuah pertahanan diri. Pertahanan dari apa? Benteng dari apa?
Banyak ulama menafsirkan berbeda-beda tentang makna Benteng ini. tetapi ada kesamaan umum tentang pamahaman Benteng, yaitu dipergunakan dalam perang atau menghadapi ancaman dan serangan dari orang atau apapun yang hendak menghancurkan kita.
Hakikatnya hidup ini adalah perang. Dunia ini medan perang yang berkecamuk, saling serang menyerang dan saling memuntahkan peluru, menghunus pedang dan mengayunkannya kepada musuh-musuh kita. Dalam perang, spekulasi hanya ada dua pilihan, merdeka atau mati syahid. Jangan ada pilihan kalah! Karena kalah berarti kita akan menjadi budak atau pribadi wilayah jajahan sang musuh.
Benteng berarti juga untuk mengantisipasi seandainya manusia menghadapi suatu kemungkinan yang paling buruk dalam hidup kita. Sebagaimana kita alami, bahwa hidup tidak selalu sesuai atau cocok dengan harapan, kehendak dan impian kita. Kodrat kehidupan ini bukan berjalan menurut rencana kita. Ada kalanya kejadian yang kita hadapi tidak sesuai dengan keinginan kita yang tentunya tidak menginginkan kerugian, kekalahan, kehancuran, kebangkrutan dan semua konotasi negatif lainnya. Kadangkala kita untung, kadang kala kita rugi, bahkan kehilangan semua yang kita inginkan. Jika jiwa kita sudah dipenuhi rasa memiliki dan rasa bergantung sepenuhnya kepada kepemilikan materialistic, maka itulah musuh kita yang untuk mengalahkannya benteng puasa kita bangun. Semua kita “dipaksa secara sukarela” untuk menerima bahwa kenyataan hidup kita pasti akan menerima kekalahan, kerugian dan kehilangan apa yang kita anggap sangat berharga untuk kita. Kematian adalah nilai tertinggi atau raport akhir kita bahwa kita pada akhirnya akan rugi, akan kalah, dan akan kehilangan sesuatu dalam hidup kita, yaitu kehidupan itu sendiri. Saat itu, semua dunia kita, semua pikiran kita, semua impian dan harapan, musnah seketika, dan kita mau tidak mau harus mengakui “kekalahan tanpa syarat” ini.
Jama’ah Kajian Subuh Online yang dicintai Allah…
Dalam kenyataan itu, apa yang terakhir kita miliki agar kita tetap hidup dan ada selamanya? Jawabannya adalah HATI.
Hati inilah satu-satunya milik kita terakhir yang akan terbawa mati dan mengikuti kita kemanapun kita pergi, dan sampai kapanpun. Dan hati ini akan hidup dan berdiri jika hati ini tidak kalah saat perang melawan alam dunia. Hati kita yang tetap hidup adalah hati yang penuh harap akan kemurahan dan keridlaan Allah, dan upaya untuk menghidupkan hati kita adalah dengan menghilangkan semua noda duniawi memalui puasa ini. Inilah benteng pertahanan diri kita paling akhir, paling dekat dengan kita, yang menentukan apakan kita akan ada, hidup bahagian di alam akhir atau akan celaka sebab hati menjadi budak dan hamba dunia.
Dalam hadits lainnnya, Al-Bukhârî juga meriwayatkan sebuah hadis dari Mâlik, dari Abû Zanâd, dari al-A'raj, dari Abû Hurairah ra., dari Rasulullah saw.: "Puasa adalah benteng. Jika salah seorang di antaramu berpuasa, maka jangan berkata-kata kotor-yaitu jangan mengatakan ucapan yang tak sepantasnya diucapkan (karena tak senonoh atau jorok), dan jangan berlaku bodoh, seperti berbuat gaduh, takabur, arogan, dan congkak-dan jika seseorang memusuhinya atau mengejeknya, maka katakanlah: 'Sesungguhnya saya puasa. Sesungguhnya saya puasa'."
Dari al-Ahnaf ibn Qays, dikatakan kepadanya: "Engkau sudah tua renta dan puasa akan membuatmu lemah". Al-Ahnaf menjawab: "Saya menyiapkannya untuk perjalanan yang panjang; bersabar dalam ketaatan kepada Allah swt. lebih ringan dari pada bersabar atas siksa-Nya."
Dalam hadits lain juga disebutkan, Rasulullah SAW bersabda : “ Puasa adalah benteng penghalang, maka janganlah ia berucap dengam kalimat buruk, mencaci, dan menghina, jika ada yang mengganggunya atau mengumpatnya katakanlah aku puasa, aku puasa. Demi Allah yang diriku dalam genggaman-Nya, sunguh aroma tidak sedap di mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada wangi misik, karena ia meninggalkan makanannya, minumannya, dan syahwatnya karena Aku (Allah SWT). Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang membalasnya, dan setiap pahala dibalas 10 kali lipat darinya”. (Shahih Bukhari).
Benteng yang kita bangun sendirian, dalam jaga dan kesadaran kita, tanpa ada orang lain tahu sebenarya kita berpuasa atau tidak, jadikanlah benteng ini kokoh dan tangguh, agar semua harapan dan keselamatan kita terjaga oleh benteng itu. Agar apabila kita menerima kemungkinan kenyataan terburuk dalam hidup kita, kita sudah siap dan tegar menerimanya tanpa membenci diri sendiri, Nabi Muhammad, orang lain apalagi membenci sang pencipta takdir, yaitu Allah.
Jama’ah Kajian Subuh Online yang dicintai Allah…
Demikianlah kajian subuh online pagi hari ini, semoga semuanya ada manfaatnya, dan panulis memohon maaf jika ada kata yang menyinggung perasaan pembaca yang budiman.
Akhir kalam..
Jazakumullah….
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H