Mohon tunggu...
Muhib29
Muhib29 Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Jika ingin ada perubahan, maka perlu ada gerakan: "Revolusi"

Selanjutnya

Tutup

Book

Muslimah yang Diperdebatkan

12 Oktober 2024   01:54 Diperbarui: 12 Oktober 2024   02:16 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Channel Youtube Muhib DuaSembilan

Memahami perempuan tentunya tidak bisa lepas dari persoalan fisik dan psikis. Dari sudut pandang fisik, di dasarkan pada struktur biologis komposisi dan perkembangan unsur-unsur tubuh. Sedangkan sudut pandang psikis didasarkan pada persifatan, maskulinitas atau feminitas. Perempuan dalam konteks psikis atau gender didefinisikan sebagai sifat yang melekat pada seseorang untuk menjadi feminim. 

Sedangkan perempuan dalam pengertian fisik merupakan salah satu jenis kelamin yang ditandai oleh alat reproduksi berupa rahim, sel telur dan payudara sehingga perempuan dapat hamil, melahirkan dan menyusui.

Ungkapan istilah wanita dan perempuan nampaknya memang hanya semata persoalan sinonim. Namun jika dirunut lebih dalam, ternyata memiliki konotasi dan makna yang berbeda, kendati bagi kaum Hawa sendiri rasanya lebih enak menggunakan ungkapan kata wanita ketimbang perempuan. Padahal, dalam bahasa sanskerta kata 'wan' itu artinya nafsu, sehingga wanita artinya yang dinafsui, atau obyek seks. 

Sedangkan perempuan berasal dari kata 'empu' yang artinya dihargai. Maka, secara simbolik menggunakan istilah perempuan rasanya lebih pas ketimbang wanita, lantaran konotasinya yang negatif tersebut.

"Muslimah yang diperdebatkan" oleh Kalis Mardiasih adalah sebuah kumpulan esai yang menggugah pikiran tentang perempuan. Dengan gaya penulisan yang tajam dan provokatif, Kalis Mardiasih menawarkan perspektif yang berbeda daripada yang lain mengenai isu-isu perempuan dizaman masyarakat modern.

Buku ini terdiri dari 26 esai yang kesemuanya bertemakan perempuan. termasuk dampak teknologi terhadap kerudung, pandangan tentang RUU PKS, bisnis identitas melalui kerudung di era globalisasi, dan pentingnya empati dalam hubungan antarindividu.

Kalis Mardiasih menampilkan gaya penulisan intelektual namun mudah dipahami awam. Argumentasi dalam esai-esai ini disajikan dengan data dan contoh yang riil, disertai dengan kutipan dari berbagai sumber yang terpercaya.

Buku ini berisikan narasi dibangun melalui interaksi individu dan masyarakat serta bagaimana perubahan dalam satu aspek dapat mempengaruhi yang lain. Pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya kesadaran diri dan pemahaman terhadap dinamika sosial untuk merawat Bhineka Tunggal Ikka.

Sebagai contoh tulisan ke-3 tentang  "Jilbab bukan simbol kesalahan"

Kain penutup kepala perempuan muslimah kini memang bukan sebuah barang asing di media massa Eropa. Banyak industri kelas dunia kini menggunakan model berkerudung untuk menyukseskan hasrat bisnis, seperti L'Oreal Paris yang menggaet YouTuber berkerudung, Amena Kin. Peraturan yang dikeluarkan pengadilan Eropa melarang pekerja mengenakan pakaian yang memuat simbol pemikiran maupun agama (kerudung), utamanya di lingkungan profesional. 

Dalam hal ini, syukurlah Perdana Menteri Inggris masih cukup lunak mengakomodasi desakan Aktivis HAM utk memben hak pekerja berkerudung. Dalam kolom berjudul "OK in magazines, no go in work places", Humairah Hanif memungkasi opininya dengan kalimat "So please start accepting me for what is in my head, rather than what is on it." Kalimat itu terdengar sedikit depresif. Humairah sedang ingin meminta masyarakat Inggris untuk melihat isi otaknya, dengan tanpa mengunggulkan kerudung di kepalanya. Benar bahwa kerudung adalah identitasnya sebagai muslimah, tapi kerudung, menurut  Humairah tidak mewakili kesalehan, moralitas, ataupun gerakan perlawanan tertentu layaknya Iran pada medio 70-an.

Referensi dari Buku Muslimah Yang Diperdebatkan karya Kalis Mardiasih

Silahkan lihat video di channel YouTube Muhib DuaSembilan


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun