2. Jika kamu tidak membayar, kamu adalah produknya
Tidak dapat dipungkiri, media sosial sudah memberikan banyak kemudahan dan keuntungan untuk kita saat ini. Salah satunya adalah bisa membuat kita terhubung dengan saudara, teman, atau sahabat yang berada jauh dari tempat kita seolah-olah menjadi sangat dekat dengan kita. Bahkan kita juga bisa berkenalan dan bertemu orang baru di internet.Â
Tapi di sisi lain, media sosial juga turut berkontribusi dalam kasus pencurian data, informasi tidak valid, berita palsu, kecanduan teknologi, dan juga polarisasi ditengah masyarakat. Sebagian besar manusia mungkin berpikir bahwa media sosial hanyalah sebuah mesin untuk melepas penat dan sebagai jurang kebahagiaan. Tapi tanpa kita sadari, perusahaan dan platform-platform tersebut sedang berlomba-lomba untuk menarik perhatian pengguna. Mereka bersaing supaya manusia bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar sembari menggunakan platform mereka.Â
Banyak layanan di internet yang seolah gratis, namun sebenarnya tidak. Semua itu dibayar oleh jasa iklan. Untuk apa jasa iklan membayar layanan tersebut? Supaya iklan mereka bisa ditampilkan di media sosial kita melalui layanan tersebut. Mudahnya seperti ini, perusahaan teknologi dalam hal media sosial menjual perhatian penggunanya kepada pengiklan. Jadi perhatian kita adalah produk yang dijual kepada pengiklan. Mereka hanya ingin kita melihat lebih banyak iklan supaya mereka lebih banyak lagi mendapatkan uang.Â
3. Â Algoritma dalam media sosialÂ
Semua kegiatan yang kita lakukan di dunia maya akan diawasi, direkam, dan diukur. Setiap tindakan yang kita lakukan direkam dan dipantau secara diam-diam. Misalkan konten yang kita lihat dan berapa lama kita melihatnya, konten apa yang kita sukai, dan lainnya. Dari semua itu, perusahaan dan platform-platform akan mengetahui kapan kita sedang senang dan kapan kita sedang sedih. Mereka tahu apa yang kita lakukan setiap hari dari pagi sampai larut malam, mereka tahu semuanya.Â
Di balik layar yang setiap hari kita gulir, mereka memiliki semacam boneka voodoo yang menyerupai diri kita. Semua hal yang pernah kita lakukan, semua foto yang kita lihat, semua video yang kita tonton, semua situs yang kita buka, semuanya akan diolah menjadi boneka voodoo yang terus berkembang dan terus mendekati kita.Â
Mereka akan merekomendasikan hal-hal menarik sesuai dengan model diri kita yang mereka punya. Aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh orang yang kita suka, atau jenis video-video yang sering kita tonton. Ponsel kita akan bergetar dan layar akan menyala menampilkan notifikasi yang mereka rekomendasikan. Dan secara refleks, jari kita akan menekan notifikasi tersebut. Kita akan kembali membuka aplikasi mereka, dan orang-orang dibalik layar itu akan senang karena usaha mereka dalam membuat kita aktif kembali menggunakan layanan mereka berhasil.Â
Mereka selalu berusaha untuk membuat kita merasa gelisah, kesepian, takut, ketika kita tidak memegang ponsel. Sehingga ketika mereka tahu umpan yang mereka berikan berhasil menarik perhatian kita, mereka akan terus memberikan umpan-umpan berikutnya sampai kita tidak sadar, hanya jari kita yang terus bergerak menggulir beranda media sosial kita.Â
4. Hilangnya kendali manusiaÂ
Algoritma yang dibuat oleh perusahaan teknologi tidak pernah gagal. Algoritma dioptimalkan ke sebuah definisi kesuksesan. Jadi, bisa dibayangkan perusahaan membuat algoritma bertujuan untuk kepentingan komersial. Sangat sedikit pengguna internet yang memahami bagaimana algoritma ini bekerja. Hingga nyaris kehilangan kendali atas sistem yang ada ini.Â