Mohon tunggu...
Zulkifli Muhammad
Zulkifli Muhammad Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Just Ordinary People

Menulis untuk sebuah pembebasan...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Indonesia Emas 2045, Sebuah Cita-Cita atau Mimpi?

24 September 2024   15:26 Diperbarui: 24 September 2024   15:26 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengacu kepada narasi Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia, berarti diantara harapan yang diimpikan oleh Jokowi ketika itu adalah ekonomi Indonesia menjadi tolok ukur peningkatan produksi barang dan jasa yang dibutuhkan secara global. Sebenarnya dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia berupa  kepemilikian Sumber Daya Alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang cukup besar, memang benar Indonesia bisa mempengaruhi tren ekonomi global. Pertanyaannya kemudian sejauh mana Sumber Daya Alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang cukup besar itu bisa di-drive menjadi sebuah aset untuk menjadi negara maju ?

Belajar dari pengalaman china - (maaf ini sedikit agak panjang, supaya faham relevansinya dimana) - yang dalam kurun waktu 50 tahun mampu bertransformasi dari negara miskin menjadi negara super power ke-2 setelah AS, diantara strategi yang diterapkan adalah membuat SEZ (Special Economic Zone) yaitu wilayah yang diberikan hak istimewa untuk melakukan kegiatan ekonomi secara bebas dan perdagangan internasional seperti di Shenzen, Shantou, Zhuhai dan Xiamen. Wilayah ini menjadi tempat perusahaan asing menanam modal dan membangun pabrik-pabrik dimana pemerintah memberikan fasilitas tenaga kerja yang berbiaya murah dan membangun infrastruktur berupa jalur kereta api, jalan raya, pelabuhan dan bandara yang saling terkoneksi dalam wilayah SEZ.

Kemudian china juga memberlakukan syarat yang ketat terhadap investasi asing yang masuk, investasi yang diterima china hanya berupa investasi dalam bentuk padat karya seperti pembuatan pabrik dan industri produksi, bukan hanya berupa penyaluran modal untuk dipinjamkan kepada pengusaha lokal sehingga investornya tidak mudah untuk menarik balik aset investasinya karena sudah berubah bentuk menjadi pabrik dan infrastruktur industri. 

Juga dalam melaksanakan usaha, investor asing diwajibkan untuk bekerjasama dengan perusahaan lokal dengan sistem Joint Venture, dimana perusahaan lokal berhak menjadi pemimpin proyek dan mendapatkan transfer ilmu dan teknologi untuk dipelajari. Inilah alasan sehingga china bisa menduplikasi teknologi yang sebelumnya hanya dikuasai oleh negara tertentu seperti komputer, peralatan elektronik, telekomunikasi bahkan militer dan perusahaan perusahaan lokalnya mampu memproduksi kembali barang barang tersebut dengan kualitas yang setara dengan produk AS, Jepang dan Eropa namun dengan harga yang jauh lebih murah.

Dalam bidang moneter, seiring dengan peningkatan industri lokal, sektor perbankan china terdampak imbas positif berupa penambahan likuiditas/modal dari tabungan perusahaan lokal yang semakin bertambah yang kemudian digunakan oleh Bank Sentral untuk melakukan pembelian surat utang AS sejak tahun 1995. Apa yang dilakukan oleh china terhadap AS ini ibarat “kuda troya”, meskipun AS memperoleh keuntungan berupa pinjaman uang dengan bunga rendah, karena untuk membeli obligasi AS, China harus menukar mata uang yuan ke dollar yang berdampak pada turunnya nilai mata uang yuan terhadap dollar. Selain itu AS mendapat keuntungan karena bisa membeli produk china dengan harga murah. 

Disisi lain, strategi ini ternyata membuat China memperoleh keuntungan berlipat ganda yaitu menjadi negara pemberi pinjaman terbesar kepada AS (mencapai $ 1 Trilyun) sekaligus produk produk china menguasai pasar global karena harganya yang sangat murah, akhirnya seluruh dunia tergantung pada produk china. Produk china juga semakin murah karena pemerintah china menghapuskan pajak berganda dan menerapkan PPN 0 % untuk produk yang diekspor ke luar china serta memberikan subsidi air dan listrik sebesar 30 % untuk kawasan industri, yang berdampak pada pengusaha semakin produktif dan berani menjual produk dengan harga yang lebih murah di pasar global. Akhirnya di tahun 2017 China menjadi negara eksportir terbesar di dunia.

Terakhir dari sisi konsumsi, sebagaimana diketahui china dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dan potensi ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh china dengan menjadikan penduduknya sebagai pasar utama produk produk yang dihasilkan, sehingga industri lokalnya tidak perlu kuatir kehilangan konsumen karena seluruh rakyat china sudah lebih dari cukup untuk menjadi konsumen tunggal produk lokal yang dihasilkan.

Itu gambaran tentang pertumbuhan ekonomi negara china yang saat ini sudah menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia. Nah sekarang bagaimana dengan Indonesia ? Apa upaya yang dilakukan pemerintah di negeri ini untuk mencapai tujuan menjadikan Indonesia barometer pertumbuhan ekonomi dunia ?

Apakah pemerintah sudah membangun beberapa wilayah industri yang terkoneksi ? Alih alih membuat wilayah Industri, justru Pemerintah membangun ibukota baru dari nol. Itupun bukan ditujukan untuk kegiatan industri seperti SEZ di china, tapi untuk birokrasi, lalu pertumbuhan apa yang mau diharapkan dari kebijakan seperti itu ?

Apakah pemerintah mampu mengarahkan investasi asing yang sifatnya padat karya sehingga mampu menyerap tenaga kerja ? Faktanya investasi asing yang masuk hanya berupa pinjaman tidak terkecuali dari china yang dikembalikan berupa pokok hutang dan bunga dalam tenor yang sangat panjang;

Apakah pemerintah melakukan strategi membeli surat utang negara lain untuk dijadikan aset sebagaijmana china membeli surat utang AS ? Faktanya justru pemerintah Indonesia yang menerbitkan surat utang dan dibeli oleh pihak asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun