Saya merinding menyaksikan penampilan siswa SD itu. Penampilannya begitu segar, begitu indah dan menyentuh. Tranformasi sastra yang dibawakan sangat berhasil. Sebuah karya tulis menjadi karya pentas yang fantastis.
Selanjutnya musikalisasi puisi oleh SMP Sekolah Alam Bogor, membawakan adaptasi puisi dari Sapardi DJoko Damono yang berjudul Hatiku Selembar Daun. Menyaksikannya membuat kita berkontemplasi tentang kenangan dan kepergian.
Tampilan diakhiri oleh siswa SMA Kolase Gonzaga Jakarta. Siswa itu membawakan monolog yang diadaptasi dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori. Penampilannya sangat berkesan. Ekspresif dan memukau.
Kemudian, acara inti, prosesi peluncuran program Sastra Masuk Kurikulum oleh Nadiem Makarim. Dalam sambutannya, Nadiem Makarim mengapresiasi orang-orang yang terlibat dalam program ini. Ia menyatakan bahwa buku bukan hanya sekedar untuk dibaca, sebab ada pemahaman, ada pertanyaan-pertanyaan baru mengenai hidup, budaya, dan hubungan dengan orang-orang di sekitar kita.
Lebih lanjut, Nadiem menyadari, kehadiran sastra selama pembelajaran saat ini sudah berlangsung di sebagian kelas, tapi terbatas pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Tidak sampai mengkritisi lebih dalam. Tidak ada bedah buku atau diskusi buku yang dalam. Ia pun menekankan bahwa iterasi lebih dari sekedar membaca, mengolah informasi, dan memahami makna yang ada di dalam suatu teks. Dengan adanya sastra masuk kurikulum, sekolah bisa menggunakan karya sastra dalam materi P5. Misalnya, pembacaan karya atau pementasan monolog, seperti yang telah ditampilkan.
***
Melihat adanya program Sastra Masuk Kurikulum, tentu saja kita berharap, ketersediaan buku-buku ini mudah untuk dijangkau oleh sekolah-sekolah. Sayang sekali tidak dijelaskan melalui apa dan di mana buku-buku rekomendasi ini dengan mudah kita dapatkan.
Saya sepakat dengan pandangan Mas Anindito, ke depannya tidak hanya buku sastra lokal yang dipelajari, tapi karya sastra dunia. Tentu ini akan sangat luar biasa. Pergerakan Badan Standar Kurikulum Asesmen dan Pendidikan ini sudah baik. Tinggal kita, sebagai pendidik, mengimplementasikan pembelajaran berbasis sastra yang direkomendasi ini kepada siswa di dalam kelas.
Rekomendasi buku sastra telah diterbitkan. Karpet merah sastra telah digelar di ruang pendidikan. Nyala lampu literasi semoga benderang hingga puluhan tahun generasi ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H