Rindangnya pohon kamboja dan beberapa tumbuhan hijau lainnya, semakin membuat saya bergidik. Area makam berlapis. Saya berada di bagian luar saja. Bagian dalam dikhususkan bagi peziarah tertentu.
Makam dibuka 24 jam untuk umum. Seolah membagi jalan dengan masyarakat sekitar, area ini miliki jalan bercabang dua dibagi dengan jalan menuju kampung hingga tembus ke jalan Nyi Ageng Arem-Arem.Â
Rute perjalanan ngabuburit saya berakhir di Nyi Ageng Pinatih. Ambil arah utara, lewati SMP Negeri 2 Gresik hingga temukan persimpangan tiga, lurus, dan alhamdulillah tepat waktu saya jemput anak-anak ngaji.
Perjalanan ngabuburit ala wisata religi dan Gresik Heritage selama satu jam setengah terlewati. Delapan lokasi nan sangat memukau.Â
Oleh-oleh 1,5 jam ini akan saya tularkan kepada anggota Macan. Meskipun mereka mayoritas penduduk asli Gresik yang berbeda dengan saya. Namun, terkadang warga Gresik sendiri belum bahkan sedikit yang tertarik mengenal sejarahnya.
Mari jangan lelah untuk gali sejarah dan gaungkan budaya lokal Gresik. Demikian, secuil kisah ngabuburit saya semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H