Mohon tunggu...
Muharningsih
Muharningsih Mohon Tunggu... Guru - Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Linguistik-Penelitian-Sastra-Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kematian: Siap Meninggalkan dan Ditinggalkan

2 Maret 2024   23:40 Diperbarui: 2 Maret 2024   23:45 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klikbmi.com

Kesehatan fisik pun tak kalah pentingnya. Setidaknya daftarkan anggota keluarga pada asuransi jaminan kesehatan. Karena kematian tidak dapat ditebak perkara waktunya, maka siapkan keluarga untuk sigap mengatasi bekal kesehatan seandainya sakit melanda. Andaikan punyai jaminan kesehatan  (misalnya: BPJS) anggota keluarga tidak akan dipusingkan dengan biaya perawatan rumah sakit.

Keempat, pembagian warisan sesuai syariah agama. Adil dan transparansi menjadi kunci penyampaian ke ahli waris. Pembagian warisan hendaknya tidak menunggu pewaris meninggal. Namun sebagian orang menyakini jika membagi warisan sebelum meninggal adalah pamali. Inilah gunanya diskusi keluarga secara berkala. Sebelum meninggal pastikan bab waris sudah tuntas. Ambil pengacara atau orang yang dipercaya guna mengurus hal warisan. 

Contoh kecil terkait warisan, saat masih hidup berikan informasi PIN ATM ke pasangan atau anak. Jika perlu catat di buku pribadi. Mengapa demikian? Saat seseorang sudah meninggal, kepentingan perbankan menjadi urusan ahli waris. Mereka akan mengurus dana yang mengendap. Jika anak atau istri tidak mengetahui nomor PIN, maka akun akan diblokir. Prosedur mengambilan dana cukup merumitkan karena melampirkan berbagai persyaratan administrasi.

Kelima, terbukalah untuk segala urusan baik pekerjaan, administrasi surat menyurat pemilikan rumah, kendaraan bermotor, utang piutang , dll. Kejujuran dalam segala hal lebih baik dibicarakan daripada timbul kecurigaan dan kebohongan bertubi. Ajak istri dan anak untuk terbuka. Buka konsultasi bagi semua anggota keluarga. Bisa bersifat formal maupun dengan metode obrolan santai. Dapat dilakukan di rumah atau luar rumah. Bangun komunikasi dan kuatkan komitmen. Jika diperlukan buatlah take line keluarga untuk menyemangati setiap obrolan. 

Lantas, bagaimana dengan yang ditinggalkan, perlu persiapan apa saja?

Pertama, melanjutkan bekal pendidikan yang diberikan. Sebagai seorang istri dan anak yang ditinggalkan tetap istiqomah implikasi ilmu yang sudah diraih. Ini yang sering ibu saya terapkan kepada kedua anaknya setelah ditinggal bapak meninggal. "Lanjutkan studi hingga kamu tua. Hilangkan malu andai kamu tidak tahu suatu hal, tanyakan pada orang yang lebih berilmu. Terus tularkan ilmu kepada orang lain. Jadilah manfaat bagi sesama mahluk hidup."

Seandainya di pertengahan pendidikan menemui hambatan biaya, cari lalu ambil beasiswa yang sepadan dengan kondisi kita. Kerja paruh waktu juga bisa dijadikan alternatif guna menyokong biaya pendidikan.

Kedua, istiqomah silaturahmi dengan anggota keluarga suami. Bekal saling berkunjung ke rumah saudara atau say hello di grup media sosial keluarga sangatlah diperlukan. Jangan sampai putus jalinan hubungan persaudaraan. Tetap hormati mantan mertua, saudara ipar, bahkan hindari perselisahan dengan keluarga besarnya.

Ketiga, tidak meributkan warisan. Peran kesehatan mental sangatlah dianjurkan pada perkara warisan. Terima dengan ikhlas setiap keputusan ketika warisan sudah dibagi secara adil. Jauhkan diri dari rasa dendam dan iri jika mendapatkan bagian kecil. Karena ilmu faraid tentang pengaturan pembagian waris sudah ditata sedemikian rupa. 

Keempat, menjaga nama baik keluarga. Caranya, sebagai istri yang ditinggalkan disebut janda. Memasuki masa iddah maka taati serangkaian aturan yang mengikatnya. Untuk anak, supaya senantiasa menjaga diri dari hal-hal negatif. Bangga terhadap sosok ayah baik pada masa hidup maupun ketika sudah ditinggal. Tidak perlu membicarakan sifat buruk ayah apalagi menceritakan ke anak cucu. Sayangi ibu, sebagai single parent, dia membutuhkan pelukan fisik dan psikis dari anak dan orang terdekat. Istri dan anak saling menguatkan satu dengan lainnya. Ditinggal suami atau sosok ayah memanglah 'melelahkan' namun dengan berjalannya waktu, getirnya luka sudah tidak lagi basah seperti sebelumnya. Selalu minta bimbinganNya agar setiap langkah pada tarikan napas kita senantiasa dinilai ibadah.

Kelima, bekerjalah. Seorang istri yang bekerja tentu terlebih dulu mendapat ridho dari suami. Keuntungan mencari sebutir nasi akan menjawab pertanyaan jikalau suatu saat ditinggalkan pasangan, dia sudah siap dari segi materiil. Sudut pandang lainnya, rekan kerja bisa mensupport seorang istri yang baru ditinggal suaminya. Rutinitas pekerjaan dapat membantu aliran kerja otak mengalihkan suasana sedih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun