Bagaimana nilai anak saya? Tuh, bener kan jelek, gak pernah mau belajar kalau di rumah. HP terus yang dipegang!
Menjadi siswa mulai tingkat dasar hingga SMA, tentu kenangan masa di bangku sekolah tak bisa tenggelam begitu saja. Masa liburan telah tiba, riang gembira hati para pelajar.Â
Seperti kepompong berubah menjadi kupu-kupu, terbang bebas ditemani sayap cantiknya. Itulah gambaran siswa saat dapat informasi bahwa liburan di isi studi literasi ke Pulau Dewata Bali misalnya. Atau sederet planning berkunjung ke destinasi wisata lainnya hingga sambangi nenek di desa. Rata-rata bagi anak SD, liburan dimanfaatkan tuk gelar sunatan.Â
Dibalik titian para pelajar tuk sambut liburan ada ritual khusus yakni pembagian rapor. Meski riilnya, cara penyampaian hasil belajar murid tersebut dapat diakses kapan dan dimana saja. Setiap sekolah punyai kebijakan tentang penerimaan rapor, apakah secara online maupun luring. Sejak covid melanda, sisi positif terkait IT di dunia pendidikan terbilang cukup berfaedah.
Contohnya, sebelum pandemi orangtua atau wali murid wajib tatap muka bersama wali kelas dalam pengambilan rapor. Namun, berjalannya waktu serta tuntutan melek teknologi, lampiran rapor sudah terbiasa berbentuk file PDF, lantas dikirimkan ke wali murid. Selain format PDF, orangtua bisa mengunjungi aplikasi maupun web sekolah pilih menu rapor, akses, dan selesai. Tidak menguras energi dan praktis.Â
Bagi guru, program e-rapor kurikulum merdeka saat ini cukup membuat lega, pasalnya entry nilai sudah tak ribet. Cukup satu nilai akumulatif dari sejumlah hasil kompetensi materi yang diajarkan, kemudian input dan pilih capaian yang sudah dikuasai maupun yang perlu ditingkatkan oleh siswa, klik, simpan, dan usai. Semudah itu.Â
Pengambilan rapor dibarengi konsultasi belajar. Tentu para orangtua pernah mengalami antrean panjang, terburu-buru, dan karena saking asyiknya konsultasi, maka terkadang lupa kalau barisan di belakang sudah pasang wajah tak bersahabat. Kira-kira apa saja hal-hal yang sering diutarakan wali murid kepada guru saat pengambilan rapor? Lalu, kelirukah andai ada pertanyaan besaran nilai dijadikan barometer kelayakan akademik bagi siswa?Â
Perihal yang sering dilakukan wali murid saat pengambilan rapor
1. Bersalaman sambil tersenyum
Budaya orang timur melekat di warga Indonesia, punyai ciri khas ramah dan senantiasa dipraktikkan sekalipun di ruang kelas. Terhormatnya guru seolah terletak pada posisi ini.Â
Siapapun wali murid miliki latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan beragam, akan penuhi undangan pengambilan rapor sang buah hati. Jenderal berbintang, polisi berpangkat, dosen, Bupati, bahkan sampai orang-orang penting lainnya akan berikan senyum ramah sembari mengucap salam, lalu berjabat tangan dengan guru.Â
Sudah menjadi kewajiban seorang guru sebagai fasilitator manis dalam menyambut wali murid. Orangtua dianggap partner guna saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing antara dia dan guru. Bagi tugas mendidik anak, jika di sekolah menjadi tanggung jawab guru. Ketika di rumah, orangtualah yang perperan aktif.
2. Duduk dan lontarkan "Bagaimana nilai anak saya?"