Organisator
Siapa yang getol berorganisasi? Tipe organisatoris tidak dapat dipisahkan dalam lingkup OSIS, pramuka, bahkan sampai ekstra lainnya. Jika sudah menggeluti organisasi tidak menutup kemungkinan akan puas dengan satu organisasi saja. Semakin ke depan, organisatoris akan semakin terjun  mengembangkan diri melalui bermacam bidang yang diminati. Keuntungan mengikuti organisasi di usia dini adalah mengajarkan siswa berani berargumentasi, mengelola perkumpulan atau tim, bersosialisasi terhadap sejumlah teman dalam satu organisasi maupun di luar organisasi. Problem pada tipe ini yakni pandai-pandailah mengatur waktu antara kewajiban sebagai siswa dengan dedikasi berorganisasi.
Provokator
Serem juga andai bersua tipe siswa provokator. Jika dalam segi positif it's ok. Lalu bagaimana jika negatif? Riilnya provokator tingkat siswa SMP lebih terkesan buruk. Misalnya, mengajak merokok, perundungan meskipun berawal dari guyonan, mengejek dengan sebutan nama orang tua, membuat stiker dari foto teman dan disebarkan dalam grup WA. Wah ngeri-ngeri sedap. Jangan kalut hadapi tukang provokator. Tetap jalin persahabatan seperti teman lainnya. Perlakuan baik dan semangati untuk tidak selalu berpikiran negatif. Beranjak dari suudzon inilah terbentuknya provokator. Setiap pagi dan di sela-sela pembelajaran gaungkan yel-yel anti perundungan dan stop saling provokasi.
Introvert dan Pemalu
Tipe introvert 11-12 dengan pemalu. Jika pemalu cemas dan tidak nyaman memulai interaksi lebih dulu, introvert lebih ke lelah mental dan emosi seandainya berinteraksi dengan orang banyak. Waktu menyendiri bikin tidak nyaman bagi seorang pemalu. Lain halnya dengan introvert, dia menganggap kesendiriannya sebagai recharge diri.Â
Dikatakan susah namun gampang juga ketika guru menghadapi siswa introvert maupun pemalu. Menimbun data supaya siswa bersangkutan dapat ngobrol dengan enjoy membutuhkan waktu. Jika mulut sudah terbuka, tipe siswa ini akan mengungkapkan isi hati dengan gaya masing-masing. Ada kalanya sangat terbuka, namun juga dijumpai minim pernyataan. Tapi jika komunikasi antara wali kelas maupun guru mapel bisa melalui pendekatan individu serta ala teman, insyAllah akan mendapatkan hasil sesuai harapan.
Sembilan tipe yang dimiliki siswa dalam satu kelas mengandung unsur unik. Unik dengan porsi masing-masing. Hujan tidak akan indah andai tidak dilengkapi pelangi. Sama halnya dengan kelas. Hadirnya keunikan setiap siswa dapat menggores jingga pada paras senja sore hari. Ibarat magnet, saling tarik menarik. Itulah kami. Terkadang kami saling bertentangan namun bisa berpelukan. Selisih pendapat tapi hanya sesaat. Kami hadir sebagai kodrat alam dan zaman sesuai sosial dan budaya masing-masing.
 Tak selamanya kekurangan siswa akan stagnan.  Mereka berproses. Terlebih sudah disampaikan sedikit cara maupun metode dalam menangani tiap tipe siswa. Tentunya sembilan keunikan siswa tersebut jauh dari kata kurang. Kurang lengkap dan kurang detail, tetapi setidaknya di Hari Anak Sedunia 2023 saya berpesan kepada seluruh siswa saya "Siapa pun dan bagaimanapun kalian dengan segala keunikan yang dimiliki, lakukan perubahan kecil untuk diri sendiri, orang tua, bahkan teman dan lingkungan, karena perubahan itulah yang dapat menghantarkan kalian pada suatu titik kesuksesan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H