Dibagi menjadi tiga bagian utama, atas bagian tutup, tengah tertuliskan organik dan non-organik ornamen Cina. Â lalu bagian bawah gambaran orang sedang membuang sampah menghadap ke kiri dikelilingi tiga panah arah jarum jam. Kurang lebih 300 meter hanya tersedia lima pasang tempat sampah. Tutup sampah divisualkan miniatur atap klenteng.
Jika dicermati tiangnya juga senada dengan tempat sampah baik ornamen maupun warnanya. Pembeda yang kedua tanpa ada warna merah. Hitam dan emas menjadi daya tarik tersendiri. Bilah kanan tertuliskan kering. Sampah basah dapat dimasukkan pada bilah kiri.Â
Ditemukan kode tiga panah yang umumnya tertera di tong sampah. Hadir di tengah pemukiman masyarakat, setiap 2-3 rumah penduduk Pecinanan Gresik difasilitasi tempat sampah ciamik tersebut. Total ada 25 pasang.
Selanjutnya bagaimana kaitan letak tempat sampah dengan multietnis di Gresik?
Sepanjang Jalan Basuki Rahmat dipenuhi para pedagang kaki lima. Mayoritas berasal dari etnis Madura. Maka gaya tampilan tempat sampah dibuat sederhana namun penuh makna karenaterdapat ikonik gardu suling. Â
Gaya penulisanpun menggunakan latin tanpa adanya ornamen khusus. Sayangnya ditemukan 2 tempat sampah dalam kondisi kurang terawat. Fungsi gardu suling yang telah diutarakan sebelumnya, membuktikan bahwa muslim Gresik hidup damai dalam multietnis Jawa dan Madura.
Selanjutnya, Jalan Setia Budi dan Wachid Hasyim merupakan daerah Pecinan Gresik. Dapat dijumpai Klenteng Kim Him Kiong, salah satu klenteng tertua di Jawa Timur.Â