"Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro"
Nostalgia lagu lawas! Yup, belakangan telinga kita sangat akrab dengan reff Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro. Suara khas Deny Caknan mampu mewarnai dunia perindustrian musik tanah air. Tak terkecuali lagu Taman Jurug yang telah dibawakannya secara epik. Perlu diketahui lagu ciptaan Andjar Any Singanagara mulanya dipopulerkan oleh almarhum Didi Kempot.Â
Artikel ini akan menyajikan lirik dan terjemahan serta analisis makna kata lagu Taman Jurug. Adapun pendekatannya menggunakan telaah semantik.Â
Berikut lirik serta terjemahan Taman Jurug
Bait 1
Ning kuto Solo, muda lan mudi (Di Kota Solo, pemuda dan pemudi)
Ing taman jurug ing pinggir bengawan Solo (Ke Taman Jurug di pinggir Bengawan Solo)
Muda lan mudi, awan lan mbengi (Pemuda dan pemudi, siang dan malam)Â
Do suko-suko nanging ojo ngiket janji (Bergembira ria tapi jangan mengikat janji)
Bait 2
Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro (Cahayanya bulan menembus ujung pohon cemara)
Angin kang teko sasat nggowo gending tresno (Hembusan angin membawa irama kemesraan)
Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan (Air Bengawan memancarkan cahaya bulan)
Lir sewu dian alerap nggugah kenangan (Laksana ribuan lampu mengingatkan pada kenangan)
Â
Bait 3
Ngersakne nopo, mung sarwo ono (Mau menginginkan apapun sudah tersedia)
Ning taman jurug taman endah kuto Solo (Ke Taman Jurug taman indahnya Kota Solo)
Papan kreasi, muda lan mudi (tempat rekreasi, para pemuda dan pemudi)
Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali (Bagi yang tua memperingatkan untuk tidak melupakannya)
Bait 4
Ning kuto Solo, muda lan mudi (Di Kota Solo, pemuda dan pemudi)
Ing taman jurug ing pinggir bengawan Solo (Ke Taman Jurug di pinggir Bengawan Solo)
Muda lan mudi, awan lan mbengi (Pemuda dan pemudi, siang dan malam)Â
Do suko-suko nanging ojo ngiket janji (Bergembira ria tapi jangan mengikat janji)
Bait 5
Cahyaning bulan nrajang pucuk ing cemoro (Cahayanya bulan menembus ujung pohon cemara)
Angin kang teko sasat nggowo gending tresno (Hembusan angin membawa irama kemesraan)
Banyu bengawan sinorot cahyaning bulan (Air Bengawan memancarkan cahaya bulan)
Lir sewu dian alerap nggugah kenangan (Laksana ribuan lampu mengingatkan pada kenangan)
Bait 6
Ngersakne nopo, mung sarwo ono (Mau menginginkan apapun sudah tersedia)
Ning taman jurug taman endah kuto Solo (Ke Taman Jurug taman indahnya Kota Solo)
Papan kreasi, muda lan mudi (tempat rekreasi, para pemuda dan pemudi)
Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali (Bagi yang tua memperingatkan untuk tidak melupakannya)
Sing tuwo-tuwo welinge ojo nganti lali (Bagi yang tua memperingatkan untuk tidak melupakannya)
Jika kita ulik ditemukan persamaan lirik pada bait 1 dan 4, bait 2 dan 5, dan bait 3 dan 6. Namun ada pula perbedaan pada bait 6 terdapat satu baris lirik terakhir yang diulang. Ini sebagai pembeda dengan konten bait 3.
Menurut Djajasudarma (2003) makna merupakan kolerasi diantara satuan bahasa. Satuan bahasa terdiri dari huruf, frase, kata, kalimat. Sedangkan menurut Chaer (1994) mengklasifikasikan makna kata menjadi 13 yaitu  1) leksikal, 2) gramatikal, 3) kontekstual, 4) referensial, 5) non-referensial, 6) denotatif, 7) konotatif, 8) konseptual, 9) asosisasi, 10) makna kata, 11) istilah, 12)  idiom, dan peribahasa.
Analisis Semantik Ragam Makna kata Lagu Taman Jurug
1. Makna kata leksikal, merupakan makna kata yang sesungguhnya dan terdapat pada kamus.Â
a. Muda Mudi (Bait 1, 3, 4 , dan 6)
Kata muda mudi diartikan sebagai seorang remaja yang memiliki gender laki-laki (muda) dan perempuan (mudi). Muda berasal dari kata pemuda, begitu juga dengan mudi diambil dari kata pemudi.
b. Bengawan (Bait 1, 4, dan 5)
Arti kata bengawan adalah sungai besar. Secara kasat mata bengawan dapat dideskripsikan melalui bentuk, aliran deras sungai, ukuran, dan letak sungai. Bengawan Solo berarti sungai besar yang terletak di daerah Solo.
2. Makna kata gramatikal, makna yang telah mengalami perubahan gramatikalisasi seperti pengulangan dan afiksasi.
a. Cahyaning (Bait 2 dan 5)
Kata dasar dari cahyaning yakni cahya yang berarti sinar. -ing bermakna -nya merupakan perubahan struktur karena mengalami gramatikalisasi yaitu penambahan imbuhan. Sehingga dari cahaya+ (-ing) = cahyaning membentuk makna baru menjadi cahayanya.Â
b. Suko-Suko dan Tuwo-Tuwo (Bait 1, 3, 4 , dan 6)
Kata suko-suko bermakna seneng atau gembira. Suko-suko mengalami pengulangan atau sering disebut reduplikasi utuh tanpa adanya awalan atau imbuhan. Sama halnya dengan suko-suko, kata tuwo-tuwo yang berarti tua mengalami pengulangan utuh.Â
3. Makna kata referensial, makna kata yang memikili acuan di dunia nyata.
a. Bulan (Bait 2 dan 5)
Kata bulan memiliki makna referensial karena terdapat di dunia nyata. Bulan dalam bahasa Jawa dan Indonesia memiliki makna yang telah disepakati bersama yaitu salah satu penerang dunia selain matahari.
b. Banyu (Bait 2 dan 5)
Kata banyu bermakna referensial dikarenakan banyu nyata keberadaannya di dunia. Banyu atau air merupakan zat cair yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan minum, pengelolaan rumah tangga, dan keperluan pribadi lainnya.
c. Papan kreasi (Bait 3 dan 6)
Kata papan kreasi bermakna tempat rekreasi atau panggon piknik, tempat yang biasanya dikunjungi wisatawan ini memiliki referensi di dunia nyata.Â
4. Makna peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri. Peribahasa mencakup asosiasi maupun gabungan dari makna asli dengan makna kiasan.
a. Lir sewu dian alerap nggugah kenangan (Bait 2 dan 5)
Kalimat tersebut masuk dalam peribahasa. Hal tersebut disebabkan oleh lir sewu dian alerap (laksana ribuan lampu) dapat mendatangkan kenangan tersendiri (nggugah kenangan).  Asosiasinya terletak pada jumlah lampu sebagai benda mati namun seolah hidup dengan cara mendatangkan kenangan, sedangkan kenangan wujud dari abstraksi suatu perihal.
b. Angin kang teko sasat nggowo gending tresno (Bait 2 dan 5)
 Masuk dalam kategori peribahasa, dikarenakan angin sebagai zat yang tidak dapat diraih tapi seolah bisa menghipnotis para pengunjung Taman Jurug untuk membangun suasana mesra.Â
Contoh dua kalimat hasil telaah dari makna peribahasa dapat digolongkan juga ke makna konotasi. Konotasi merupakan makna yang tidak sesungguhnya, terdapat unsur kiasan atau perandaian. Dikiaskan bahwa lampu dan angin sama-sama bisa mendatangkan ketentraman hati dan menyibak masa lalu lewat kenangan.
5. Makna kata nonreferensial, merupakan kata yang tidak memiliki refensi atau acuan dalam kehidupan.
a. Lan yang artinya dan, memiliki makna kata nonreferensial. Disebabkan oleh tidak memiliki acuan di dalam dunia nyata. Lan hanya sebagai pelengkap dan masuk dalam konjungsi setara.
b. Sing yang artinya yang, diklasifikasikan termasuk dalam makna kata nonrefernsial. Selain tidak beracuan, kata ini jika dihilangkan dalam kalimat tidak mengubah struktur dan makna konteks kalimat.
Kiranya dari tiga belas ragam terdapat enam jenis makna kata yang dapat dianalisis secara semantik pada lagu Taman Jurug. Jika ditelisik secara mendalam, lagu ini mengisahkan keindahan taman kota yang berada ditepi Bengawan Solo. Taman Jurug sering didatangi remaja dan juga orang tua, makna tersimpan pada lagu ini bahwa sebagai masyarakat sekitar ataupun para pengunjung untuk tidak melupakan Taman Jurug dan diingatkan supaya senantiasa melestarikan kekayaan alam di Kota Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H