"Apa yang sebenarnya terjadi Tuan Fred, mengapa tadi anda terlihat sangat pucat sekali" tanyaku membuka pembicaraan
"Tadi saya melihat segerombolan singa yang sedang mencari mangsa" ujarnya dengan nada sedikit pelan
"Lalu mengapa anda membunyikan peluit?" tanyaku semakin penasaran
"Anda tahu bagaimana paniknya saya, bahkan untuk bersuara saja saya tidak bisa. Saya seperti orang bisu, hanya itu yang bisa saya lakukan" ujarnya lagi. Kudengar nafasnya sedikit sesak.
Akhirnya sampailah kami dirumah penjaga hutan pukul 19.15 . langsung saja kucas handphoneku yang dari sedari tadi mati. Tak berapa lama kemudian, aku mendapat telepon dari temanku.
"Aku sudah hampir sampai" ujarnya. "Kami sekarang berada tepat dipintu hutan konservasi" jawabku lagi
Tepat pukul 19.45 temanku sampai dilokasi kami. Prita, Anggi,Kanaya dan Kevin pulang dengan mobil. Sedangkan Lukman dengan Hijri, Pak Her dengan Aan. Sedangkan Aku kembali bertiga lagi.
Sepanjang perjalanan pulang, Tuan Fred tidak banyak bicara. Mungkin karena ketakutan itu masih menghantui pikirannya dan juga karena kelelahan yang luar biasa. Namun ada satu pernyataannya yang akan selalu kuingat. "Terimakasih Tuan Lee, anda memang generasi solutif" ucapnya lembut.
Pukul 22.00 kami sudah sampai dipenginapan. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Penjaga Hutan, juga kepada Hijri dan Aan. Kamipun beristirahat setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Perjalanan yang penuh dengan hikmah dan ujian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H