Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Penggiat Sejarah

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Renungan dari Gajah Jawa

29 Januari 2025   14:50 Diperbarui: 30 Januari 2025   09:36 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis). (SHUTTERSTOCK/YUMIK via KOMPAS.com) 

Lukisan Gajah sebagai kendaraan perang Kerajaan di Jawa (sumber gambar: Perpustakaan Pura Pakualaman/Mongabay.co.id)
Lukisan Gajah sebagai kendaraan perang Kerajaan di Jawa (sumber gambar: Perpustakaan Pura Pakualaman/Mongabay.co.id)

Pada masa Mataram Kuno (Medang) hingga Mataram Islam, gajah dipelihara oleh kerajaan-kerajaan besar. Bahkan, Keraton Yogyakarta hingga kini masih memelihara gajah meskipun sekarang gajahnya sudah tidak ada lagi di alun-alun kidul Yogyakarta. Gajah masih sebagai simbol keagungan, meskipun bukan gajah jawa lagi.

 Gajah turut andil pada Grebeg Besar Kesultanan Yogyakarta (sumber gambar: VIVA/Daru Waskita)
 Gajah turut andil pada Grebeg Besar Kesultanan Yogyakarta (sumber gambar: VIVA/Daru Waskita)

Relief-relief pada Candi Borobudur juga menggambarkan gajah, menunjukkan bahwa makhluk besar ini pernah menjadi bagian dari kehidupan di tanah Jawa.

Relief Candi Borobudur Gajah menjadi tunggangan Raja Medang (sumber gambar: N.J. Krom/mongabay.co.id)
Relief Candi Borobudur Gajah menjadi tunggangan Raja Medang (sumber gambar: N.J. Krom/mongabay.co.id)

Apakah Gajah Membantu Pembangunan Candi Borobudur?

Candi Borobudur, mahakarya arsitektur dunia, dibangun pada masa Dinasti Syailendra sekitar abad ke-8 hingga ke-9. Meski tidak ada bukti langsung bahwa gajah digunakan dalam pembangunan candi ini, keberadaan mereka di Jawa pada masa itu membuka kemungkinan bahwa gajah membantu mengangkut batu-batu besar. 

Mengingat kekuatan dan ketahanan gajah, mereka mungkin memainkan peran penting dalam proyek monumental seperti Borobudur, meskipun rincian pastinya belum terungkap.

Pesan dari Jejak Gajah Jawa

Hilangnya gajah dari Pulau Jawa mengajarkan kita pentingnya menjaga keseimbangan antara pembangunan manusia dan kelestarian alam. Gajah adalah simbol keharmonisan, kekuatan, dan kebijaksanaan. Ketidakhadiran mereka di tanah Jawa mengingatkan kita akan tanggung jawab besar terhadap spesies lain dan lingkungan.

Hari ini, Gajah sumatra terus menghadapi ancaman yang sama: kehilangan habitat, konflik dengan manusia, dan perburuan. Jangan sampai nasib mereka mengikuti jejak gajah jawa yang kini hanya menjadi cerita masa lalu. Konservasi bukan sekadar menyelamatkan spesies, tetapi juga menjaga warisan budaya dan ekosistem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun