Terima kasih bersedia membaca cerita jalan-jalan Saya di Grebeg Sudiro sampai ketemu sama Avatar yang rela datang ke bumi, Simak ceritanya
Di tengah dinginnya malam Kota Solo terdapat kehangatan yang hiasi cahaya lampu lampion, ditemani keramahan dan toleransi warganya. Kehangatan suasana ini terdapat di Grebeg Sudiro.
Grebeg Sudiro pertama kali digelar pada tahun 2007 di Sudiroprajan, Solo. Perayaan ini digagas oleh warga etnis Tionghoa dan Jawa di Kampung Sudiroprajan
Kata "Grebeg" di tradisi Jawa berarti perayaan rasa syukur memperingati peristiwa penting. Dan kata "Sudiro" diambil dari nama Kampung Sudiroprajan, yang dikenal sebagai Kampung Pecinan.
Digelar di kawasan Pasar Gede Hardjonagoro, Solo. Perayaan ini biasanya menampilkan karnaval, gunungan, dan pertunjukan kesenian.
Pada tahun ini tema yang diusung adalah "Imlek dan Kebhinekaan Kota Solo". Kota Solo memang beberapa tahun terakhir ini selalu menghiasi ornamen kawasan sekitaran Balai Kota dengan tema sesuai dengan hari perayaan yang berlangsung.
Karena tahun baru Imlek ini tahun "Ular Kayu" semuanya disini jadi serba ular mulai ornamen, patung, lampion, orang bawa ular, sampai pengunjung dan kemacetan yang mengular.
Budaya Tionghoa kental sekali pada perayaan ini, selain lampion berwarna merah, hijau, kuning, dan biru, wisatawan juga bisa menemukan beberapa lampion berukuran besar berbentuk Shio, dewa dewi, dan aneka mainan pernak-pernik betemakan Imlek.
Di depan Balai Kota Ada gapura Imlek, dan juga lampion Master Ular yang dikasih caping dan kipas. Mungkin karena sudah malam jadi ularnya kelihatan ngantuk.
Malam minggu di tambah libur panjang suasanaya jadi terasa ramai banget, wisatawan bisa berfoto, jajan, anak-anak bisa beli mainan, nonton hiburan live musik. Layaknya di pasar malam.
Seperti di Tugu Jam depan Pasar Gede ini. Pengunjung pada mengabadikan momenya dengan berfoto di tempat ini. Di sini juga banyak cosplayer atau badut dengan kostum unik-unik yang menawari jasa untuk teman foto mengabadikan kemeriahan Grebeg Sudiro ini. Seperti kakaknya itu.
Karena mulai sepi akhirnya memberanikan foto sama Mbak Kunti baik ini.
Di Kawasan Pecinan tentu saja yang menarik perhatian adalah Kelentengnya. Kelenteng di sini namanya Kelenteng Tien Kok Sie, tempat ibadah yang telah berdiri sejak tahun 1745. Kelenteng ini adalah saksi bisu perjalanan panjang akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.
Dulunya berada di Kartasura sebelum dipindahkan ke Surakarta akibat Geger Pecinan, dan kini menjadi cagar budaya nasional. Meski pernah mengalami masa kelam saat Orde Baru, di bawah pemerintahan Gus Dur, kelenteng ini dihidupkan kembali dengan nama baru, Vihara Alokiteswara.
Oh ya, mulai tanggal 26 Januari ini kesenian barongsai akan hadir hingga 27 Januari 2025 di depan Kelenteng Tien Kok Sie.
Dan pada 28 Januari atau malam Tahun Baru Imlek ada pesta kembang api dengan durasi 30 menit akan berlangsung di depan Balai Kota.
Kemeriahan Imlek 2025 di Kota Solo dengan semangat toleransi ini diharapkan dapat dinikmati oleh wisatawan yang menghabiskan waktu liburan di momen tersebut.
Ini Avatar gabutnya, yang rela datang ke bumi demi melihat kermaian orang-orang dalam perayaan Grebeg Sudiro ini.
Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, sehat selalu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI