Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Penggiat Sejarah

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rumah Pangeran Solo yang Dijadikan Gereja Katolik

22 Januari 2025   08:13 Diperbarui: 22 Januari 2025   19:28 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Santo Antonius Purbayan, Surakarta (Dokpri) 

Di sudut kota Solo yang tenang, terdapat sebuah bangunan yang memancarkan kehangatan dan kedamaian. Bangunan itu adalah Gereja Santo Antonius Purbayan, gereja Katolik tertua di kota ini.

Di balik keindahan arsitekturnya, gereja ini menyimpan jejak sejarah yang sarat makna tentang toleransi, kebersamaan, dan cinta terhadap keberagaman.

Gereja Katolik tertua di kota ini menyimpan kisah yang tak hanya menggambarkan sejarah panjang agama Katolik di Solo, tetapi juga menjadi simbol harmoni antara Islam dan Kristiani yang telah terjalin sejak masa Kerajaan Kasunanan Surakarta berkuasa.

Awalnya, para misionaris Katolik yang menyebarkan agama di Solo menghadapi kendala besar: mereka tidak memiliki lahan untuk membangun gereja. 

Raja Pakubuwono IX, yang memerintah pada tahun 1861-1893, tergerak hatinya melihat perjuangan para misionaris.

Dengan semangat toleransi dan persaudaraan, beliau memutuskan untuk menghibahkan rumah milik Pakubuwono VII kepada para misionaris.

Nama "Purbayan" sendiri bukan berasal dari lokasi tempat gereja itu berdiri, melainkan diambil dari nama pemilik awal rumah tersebut, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Purbaya.

Tindakan mulia Pakubuwono IX ini menggema hingga ke Vatikan, pusat Gereja Katolik dunia. Sebagai penghormatan atas kontribusi beliau dalam mendukung toleransi beragama, Vatikan menganugerahkan medali Rosarie kepada Pakubuwono IX. 

PB IX mengenakan kalung salib pemberian Vatikan (Sumber gambar: sadarpastua/Instagram) 
PB IX mengenakan kalung salib pemberian Vatikan (Sumber gambar: sadarpastua/Instagram) 

Sebuah simbol penghargaan atas kebesaran hati seorang raja yang memahami pentingnya keberagaman dan persatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun