Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Penggiat Sejarah

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Keris: Jejak Sakral di Balik Tajamnya Tradisi

15 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   21:31 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ragam bentuk keris di Nusantara, Museum Keris Nusantara (Dokpri) 

Indonesia, negeri dengan ribuan pulau, menyimpan beragam kekayaan budaya, salah satunya adalah Keris. Senjata tradisional ini bukan sekadar benda tajam untuk bertempur, melainkan simbol penuh makna yang mengalir dalam setiap lekukan bilahnya.

Keris adalah saksi bisu perjalanan bangsa, sekaligus cermin jiwa pembuatnya. Di balik wujudnya yang memikat, keris menyimpan cerita tentang seni, kekuatan dan nilai kehidupan.

Keunikan Keris: Sebuah Seni Berlapis Makna

Keris memiliki keunikan yang membuatnya berbeda dari senjata tradisional lain di dunia. Bentuknya yang ramping dengan bilah yang berkelok-kelok atau lurus menjadi ciri khas yang mudah dikenali. 

Pamor atau pola pada bilah keris, yang terbentuk dari campuran logam tertentu, bukan sekadar hiasan. Setiap pamor memiliki makna simbolis, seperti keberuntungan, perlindungan, atau kesejahteraan. Tak heran jika banyak orang menganggap keris sebagai benda bertuah.

Lekukan pada keris di sebut "Luk". Luk pada keris ini jumlahnya beragam mulai dari 3 sampai ada yang 21, uniknya jumlah Luk di keris selalu ganjil. 

Dalam budaya Jawa Luk keris yang ganjil ini memiliki makna berkelanjutan, dinamis dan ambisi untuk maju. Contoh filosofi jumlah pada Luk :

  • Keris Luk 5 melambangkan kebijaksanaan dan pengetahuan
  • Keris Luk 7 dibuat sebagai tolak bala agar terhindar dari celaka
  • Keris Luk 9 sebagai penghargaan atas gaya kepemimpinan
  • Keris Luk 11 adalah keris dapur carita genengan
  • Keris Luk 13 merupakan simbol kejayaan atau dimiliki oleh para Raja

Namun, keris bukan hanya tentang bentuk, Luk dan Pamor. Ia juga memiliki "roh" yang diyakini hidup dan berhubungan erat dengan pemiliknya. Inilah yang membuat keris dianggap sakral dan dirawat dengan penuh kehormatan.

Ada ritual khusus, seperti memberikan minyak wangi dan menyimpannya di tempat terhormat, untuk menjaga "kesaktiannya."

Proses Pembuatan yang Sakral dan Penuh Filosofi

Membuat keris bukan pekerjaan sembarangan. Seorang "empu", sebutan untuk pembuat keris, bukan hanya pandai mengolah logam, tetapi juga memahami filosofi mendalam. 

Proses pembuatan keris dimulai dengan memilih bahan logam terbaik, seperti besi, baja, dan nikel. Bahan-bahan ini kemudian ditempa hingga mencapai bentuk yang diinginkan.

Yang menarik, proses tempa keris sering kali disertai dengan doa dan mantra. Setiap kali palu memukul logam panas, empu seakan "menyisipkan" doa dan energi positif ke dalam bilah keris. 

Proses ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, bahkan bisa memakan waktu berbulan-bulan. Tak heran, setiap keris yang dihasilkan memiliki kepribadian dan karakter unik.

Ragam Keris dari Berbagai Daerah

Indonesia yang kaya budaya menghasilkan beragam jenis keris dengan ciri khas masing-masing daerah. Keris Jawa, misalnya, dikenal dengan bentuknya yang elegan dan penuh simbol. 

Ada pula keris Bali yang lebih besar dan memiliki ukiran detail di gagangnya. Sementara itu, keris Bugis cenderung lebih sederhana namun tetap memancarkan wibawa.

Selain bentuk dan ukiran, cara penempatan keris juga menunjukkan perbedaan budaya. Di Jawa, keris biasanya diselipkan di belakang pinggang, melambangkan sikap rendah hati dan kehati-hatian. 

Sementara itu, di Sumatera, keris sering ditempatkan di depan sebagai simbol keberanian dan kesiapan. Perbedaan ini mencerminkan karakter budaya masing-masing daerah dan nilai-nilai yang mereka junjung.

Ragam bentuk keris di Nusantara, Museum Keris Nusantara (Dokpri) 
Ragam bentuk keris di Nusantara, Museum Keris Nusantara (Dokpri) 

Mengapa Panjang Keris Pendek dan Kecil?

Panjang keris yang relatif pendek dan kecil dibandingkan pedang dari negara lain bukanlah tanpa alasan. Keris dirancang lebih sebagai simbol spiritual dan benda pusaka daripada senjata perang utama.

Dalam tradisi Nusantara, keris digunakan untuk perlindungan diri dalam jarak dekat atau sebagai pelengkap busana kebangsawanan. Bentuknya yang ringkas memungkinkan pemiliknya untuk membawa keris dengan mudah tanpa menarik perhatian berlebihan.

Selain itu, filosofi di balik keris menekankan harmoni dan keseimbangan. Ukurannya yang kecil mencerminkan prinsip kehati-hatian, kehalusan, dan kekuatan yang tersembunyi. 

Berbeda dengan pedang yang dirancang untuk pertempuran terbuka, keris lebih sering digunakan dalam situasi diplomatis atau ritual, bahkan sekarang menjadi pelengkap busana pernikahan. Di mana makna simbolisnya lebih penting daripada fungsinya sebagai senjata fisik.

Seperti Keris Kyai Tengara milik Presiden Indonesia ke 7, Bapak Joko Widodo, yang digunakan sebagai simbol seluruh rakyat Indonesia siap melindungi Pancasila.

Keris Kyai Tengara (Dokpri) 
Keris Kyai Tengara (Dokpri) 

Cara Mencabut Keris dan Maknanya

Keris juga memiliki aturan khusus dalam cara mencabutnya dari sarung. Jika keris dicabut langsung dari sarungnya, itu menandakan kesiapan untuk bertempur atau menunjukkan sikap agresif. 

Sebaliknya, jika sarungnya dilepas terlebih dahulu tanpa langsung mencabut bilahnya, hal itu menunjukkan bahwa pemilik keris tidak bermaksud mencari konflik. 

Aturan ini menjadi bentuk etika yang menunjukkan bahwa keris, meski senjata, tetap dihormati sebagai simbol perdamaian dan kebijaksanaan.

Pelajaran Berharga dari Sebilah Keris

Melihat keris bukan hanya melihat senjata, tetapi juga menggali pelajaran kehidupan. Proses pembuatannya mengajarkan kita tentang kesabaran, ketekunan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual. Keris juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tradisi dan menghormati leluhur.

Lebih dari itu, keris mengajarkan bahwa keindahan sejati terletak pada harmoni antara bentuk, fungsi, dan makna. Ia menjadi simbol bahwa dalam setiap karya manusia, ada jiwa yang tertanam di dalamnya.

Seperti halnya keris yang diciptakan dengan hati, kita pun diajak untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan rasa hormat terhadap alam dan sesama.

Demikianlah keris, senjata yang memancarkan pesona sekaligus pelajaran hidup. Sebilah keris adalah saksi abadi perjalanan budaya yang tetap relevan di tengah modernitas. Sebuah warisan yang patut kita jaga dan hargai, sebagai bukti cinta terhadap tanah air dan kebijaksanaan leluhur.

Referensi
Musadad, Akhmad Arif. (2008).Makna Keris dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat Surakarta. Jurnal

Kompas.Com. (2022). Bentuk Keris Ada yang Berliku dan Lurus, Ternyata Ini Alasannya. Diakses ttps://travel.kompas.com/read/2022/12/01/213312727/bentuk-keris-ada-yang-berliku-dan-lurus-ternyata-ini-alasannya

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun