Panjang keris yang relatif pendek dan kecil dibandingkan pedang dari negara lain bukanlah tanpa alasan. Keris dirancang lebih sebagai simbol spiritual dan benda pusaka daripada senjata perang utama.
Dalam tradisi Nusantara, keris digunakan untuk perlindungan diri dalam jarak dekat atau sebagai pelengkap busana kebangsawanan. Bentuknya yang ringkas memungkinkan pemiliknya untuk membawa keris dengan mudah tanpa menarik perhatian berlebihan.
Selain itu, filosofi di balik keris menekankan harmoni dan keseimbangan. Ukurannya yang kecil mencerminkan prinsip kehati-hatian, kehalusan, dan kekuatan yang tersembunyi.Â
Berbeda dengan pedang yang dirancang untuk pertempuran terbuka, keris lebih sering digunakan dalam situasi diplomatis atau ritual, bahkan sekarang menjadi pelengkap busana pernikahan. Di mana makna simbolisnya lebih penting daripada fungsinya sebagai senjata fisik.
Seperti Keris Kyai Tengara milik Presiden Indonesia ke 7, Bapak Joko Widodo, yang digunakan sebagai simbol seluruh rakyat Indonesia siap melindungi Pancasila.
Cara Mencabut Keris dan Maknanya
Keris juga memiliki aturan khusus dalam cara mencabutnya dari sarung. Jika keris dicabut langsung dari sarungnya, itu menandakan kesiapan untuk bertempur atau menunjukkan sikap agresif.Â
Sebaliknya, jika sarungnya dilepas terlebih dahulu tanpa langsung mencabut bilahnya, hal itu menunjukkan bahwa pemilik keris tidak bermaksud mencari konflik.Â
Aturan ini menjadi bentuk etika yang menunjukkan bahwa keris, meski senjata, tetap dihormati sebagai simbol perdamaian dan kebijaksanaan.
Pelajaran Berharga dari Sebilah Keris