Mohon tunggu...
Muharika Adi Wiraputra
Muharika Adi Wiraputra Mohon Tunggu... Lainnya - Penggiat Sejarah

memayu hayuning bawana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tamansiswa: Pengajaran Humanis dari Ki Hajar Dewantara

12 Januari 2025   21:27 Diperbarui: 13 Januari 2025   20:52 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Tamansiswa Yogyakarta (sumber: ugm.ac.id)

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang semakin deras, pesan dari Tamansiswa tetap relevan: pendidikan harus membentuk manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan berbudaya.

Dalam dunia yang penuh tantangan, kita membutuhkan generasi yang mampu berpikir mandiri, memiliki empati, dan berakar kuat pada nilai-nilai luhur bangsa.

Lantas, bagaimana semangat Tamansiswa ini bisa kita terapkan dalam pendidikan Indonesia saat ini? 

Pertama, kita perlu menghidupkan kembali suasana belajar yang penuh dengan dialog dan rasa hormat. Guru tidak lagi sekadar menjadi penyampai materi, melainkan pembimbing yang menginspirasi.

Kedua, kurikulum pendidikan harus lebih fleksibel dan kontekstual, memungkinkan murid untuk belajar dari pengalaman nyata dan mengembangkan kreativitas mereka.

Ketiga, penting bagi kita untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan sebagai inti dari proses pendidikan. 

Gedung Tamansiswa Yogyakarta (sumber: ugm.ac.id)
Gedung Tamansiswa Yogyakarta (sumber: ugm.ac.id)

Tamansiswa menerapkan model among dalam pengajarannya. Metode pendidikannya ini merupakan gabungan perspektif Barat dengan budaya nasional. 

Meski demikian, Taman Siswa tidak mengajarkan kurikulum pemerintah Hindia Belanda. Karena mengusung nasionalisme Indonesia itulah, pemerintah kolonial Belanda berupaya merintangi Tamansiswa dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Namun, Ki Hajar Dewantara gigih memperjuangkan haknya hingga ordonansi itu dicabut.

Metode among ini terinspirasi dari sistem pendidikan Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India.

Kedua sistem tersebut menekankan pentingnya peran guru sebagai panutan dan pembimbing. Montessori, misalnya, mengajarkan pentingnya memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengeksplorasi lingkungan mereka sendiri, dengan bimbingan minimal dari guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun