Terima kasih Coach Shin Tae-yong telah membersamai Timnas Indonesia selama ini, meskipun banyak drama yang terjadi, Tapi tetap banyak sukanya melihat Timnas sedikit demi sedikit menuai prestasi.
Pemecatan Coach Shin, saya rasa bukan di waktu yang tepat melihat Timnas saat ini di jalur dan tren yang positif. Mengapa harus di saat sekarang?
Padahal, menurut saya Coach Shin beserta staf kepelatihannya secara chemistry sudah sangat kuat, dan mereka masih ingin bersama-sama mengantar Indonesia lolos Piala Dunia untuk pertama kalinya.Â
Hubungan dengan para pemain pun sudah seperti keluarga, bahkan para supporter masih banyak yang percaya dengan Coach Shin Tae-yong dan mendukungnya.
Coach Shin mungkin dari aspek taktik kalah dari pelatih top Eropa, Namun filosofi melatihnya sangat relevan dengan kondisi sepak bola Indonesia saat ini.
Gaya kepelatihannya yang mengedepankan kedisiplinan, mentalitas yang kuat sebelum bertanding, dan penguatan fisik, yang selama ini masih menjadi kekurangan pemain bola Indonesia, sangat cocok untuk fondasi masa depan sepak bola Indonesia.
Coach Shin sedikit demi sedikit mulai memperbaiki kekurangan yang menjadi kelemahan Timnas Indonesia dan mengubah mindset pemain kearah lebih baik mulai dari mental hingga fisik pemain.Â
Hasilnya mulai terlihat di Timnas saat kini, meskipun melawan tim kuat pun ada rasa optimis untuk menang, sangat berbeda dengan Timnas dulu.
Tentunya sebagai pecinta sepak bola Indonesia, melihat Timnas Indonesia saat ini sudah sangat jauh berkembang. Masih teringat dulu ketika Timnas main jika bertemu dengan Tim yang levelnya diatasnya pasti sudah minder, seperti kalah sebelum bertanding. Bahkan mau lawan Thailand sama Vietnam sudah keder duluan.Â
Dari fisik pemain, dulu banyak pemain Timnas yang belum menjaga pola makannya serta latihan fisiknya untuk menambah strength pun masih kurang.Â
Ya akibatnya pas main, menit 70 an keatas fisiknya sudah mulai keok, yang akibatnya kosentrasi hilang dan kebobolan dimenit-menit akhir.
Teringat saat Shin Tae-yong datang untuk pertama kali melatih Tim Nasional, bukannya langsung menerapkan taktik tapi masih harus mengajari bagaimana passing yang benar, bagaimana mengontrol bola dengan baik, possesioning hingga pressing lawan.Â
Coach Shin sadar jika ia mengajari ini ke pemain yang secara umur sudah senior pasti sulit dan lama, makanya ia berani potong generasi supaya secara fisik dan pemahaman taktik lebih mudah di bentuk dari awal dan sesuai dengan apa yang ia inginkan.Â
Saat pertandingan Coach Shin selalu berdiri di pinggir lapangan agar ikut dalam suasana pertandingan dan cepat ketika memberikan intruksi, sebuah sifat respect dari seorang pelatih.
Belum tentu pelatih Eropa sekaliber Top pun mau melatih Timnas dari nol. Pekerjaan berat melatih Timnas Indonesia mungkin sekarang sudah mulai teratasi berkat Coach Shin.Â
Mungkin bisa dipahami bahwa skuad Timnas Indonesia sekarang  banyak diisi oleh pemain keturunan, di mana secara bahasa dan culture sepak bolanya berbeda dengan di Asia.Â
Kelemahan Coach Shin ini memang di faktor bahasa, memang ada asisten yang bisa mentransletkan bahasanya, bahkan di bantu pula dengan pemain seperti egy untuk Bahasa Inggrisnya. Tapi perlu makan waktu agar pesan dan intruksinya tersampaikan dengan baik keseluruh pemain.
Terima Kasih Coach Shin, jasa mu dalam sejarah sepak bola Indonesia akan selalu diingat. Semoga selalu sukses diluar sana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H