Ya akibatnya pas main, menit 70 an keatas fisiknya sudah mulai keok, yang akibatnya kosentrasi hilang dan kebobolan dimenit-menit akhir.
Teringat saat Shin Tae-yong datang untuk pertama kali melatih Tim Nasional, bukannya langsung menerapkan taktik tapi masih harus mengajari bagaimana passing yang benar, bagaimana mengontrol bola dengan baik, possesioning hingga pressing lawan.Â
Coach Shin sadar jika ia mengajari ini ke pemain yang secara umur sudah senior pasti sulit dan lama, makanya ia berani potong generasi supaya secara fisik dan pemahaman taktik lebih mudah di bentuk dari awal dan sesuai dengan apa yang ia inginkan.Â
Saat pertandingan Coach Shin selalu berdiri di pinggir lapangan agar ikut dalam suasana pertandingan dan cepat ketika memberikan intruksi, sebuah sifat respect dari seorang pelatih.
Belum tentu pelatih Eropa sekaliber Top pun mau melatih Timnas dari nol. Pekerjaan berat melatih Timnas Indonesia mungkin sekarang sudah mulai teratasi berkat Coach Shin.Â
Mungkin bisa dipahami bahwa skuad Timnas Indonesia sekarang  banyak diisi oleh pemain keturunan, di mana secara bahasa dan culture sepak bolanya berbeda dengan di Asia.Â
Kelemahan Coach Shin ini memang di faktor bahasa, memang ada asisten yang bisa mentransletkan bahasanya, bahkan di bantu pula dengan pemain seperti egy untuk Bahasa Inggrisnya. Tapi perlu makan waktu agar pesan dan intruksinya tersampaikan dengan baik keseluruh pemain.
Terima Kasih Coach Shin, jasa mu dalam sejarah sepak bola Indonesia akan selalu diingat. Semoga selalu sukses diluar sana.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H