Semisal, sebagai perimba. Penulis mengenalkan hutan dan segala keanekaragaman hayati, seperti tumbuhan dan binatang hutan, hingga manfaat pohon. Profesi sebagai perimba pun beragam dari Polisi Kehutanan (Polhut), Penyuluh hingga Pengendali Ekosistem Hutan (PEH).Â
Penulis mengenalkan kesadaran mencinta dan melestarikan alam sejak dini kepada anak-anak SD Dorari Isa, termasuk bahaya menebang pohon, membunuh binatang ataupun sekadar 'mengetapel' burung. Syukurlah, anak-anak cerdas tersebut antusias dan senang bermain Tepuk Harmoni (diri, sesama, alam), Tepuk (siklus) Air hingga berani menggubah lagu 'Naik-Naik Ke Puncak Gunung' dengan merubah 'pohon cemara' menjadi 'pohon kelapa', sesuai kondisi kampung mereka. Â Â Â Â
Dengan beragam cara dan permainan, Relawan Inspirator berusaha membangun mimpi anak-anak Hiri, generasi suci Indonesia agar menjadi generasi kreatif dan optimis menggapai cita-cita. Selain motivasi belajar, pengetahuan seputar profesi relawan, siswa dikenalkan pendidikan karakter dalam meraih cita-cita, seperti kejujuran, kerja keras, bhakti kepada orang tua dan guru, rajin ibadah, dan sebagainya.
Satu keunikan dan potensi terpendam anak-anak SD Dorari Isa adalah sikap autopilot, kesadaran menata diri tanpa perintah orang lain. Terbukti, sembari menunggu guru yang terlambat untuk upacara Hari Inspirasi -karena umumnya para guru tinggal di Pulau Ternate-, para anak-anak rajin tersebut telah berkumpul dan berlatih upacara sendiri di halaman sekolah. Subhanallah,bak oase di tengah padang pasir, potensi cemerlang anak negeri di tengah keterbatasan sumber daya.
Pada akhir kegiatan, anak-anak menuliskan cita-cita di sepotong daun kertas dan ditempel pada banner 'Pohon Cita-Cita'. Ya! Tanggal 2 Desember tersebut adalah Hari Menanam Pohon Cita-Cita bagi anak-anak Pulau Hiri. Pohon tersebut dipajang di kantor sekolah sehingga menjadi monumen pengingat dan penyemangat anak-anak Hiri, bahwa mereka masih mempunyai mimpi. Diharapkan para orang tua dan guru siswa tersebut tetap mendorong anak didik rajin belajar, bersemangat menuntut ilmu dan meneladani spirit para 'Guru Inspirator'. Kebetulan, 25 November lalu adalah Hari Guru Nasional (HGN).
Tanam Sampai Hidup : Etika Perimba
Menurut penulis, spirit Uto Ena Sado Yahu/ Uto Ena Sigado Ahumerupakan irisan filosofi dari konsep Pohon Kasih Sayang dan Pohon Cita-Cita tersebut. 'Tanam sampai hidup' sebagai filosofi 'perayaan pohon' merupakan spirit menanam pohon --dan beramal salih- sebaik mungkin, tidak sekadar asal tanam : tanpa memperhatikan kaidah pun tanpa perlakuan pendukung tanaman tumbuh sehat.
Pohon Kasih Sayang, sebagai simbol pohon perdamaian -- pohon persahabatan antar anak manusia perlu ditanam dengan sepenuh kasih. Adabnya seorang perimba kala bertanam, maka menanam pohon pun perlu media tanah subur, nutrisi pupuk-kompos cukup pun pemeliharaan baik. Bagi para peraya HMPI dan BMN, menanam bukan sekadar penghabisan anggaran ataupun ritual formal tahunan. Perlu dukungan dan kepedulian semua pihak, lembaga maupun individu, guna mewujudkan Gerakan Menanam 25 Pohon Selama Hidup, dari SD sampai menikah, sebagai monumen 'Perayaan Kehidupan' anak manusia (MP, 17-11-2016).
Pohon Cita-cita, sebagai simbol mimpi dan harapan anak negeri perlu ditanamkan pada generasi muda, sejak usia dini. Begitu pula untuk Relawan Inspirator dan para orang tua-guru, agar dapat membimbing anak dalam meraih cita-cita perlu tindakan berkesinambungan pun koordinasi multipihak. Kelas Inspirasi bukanlah 'selebrasi sehari', begitu ditegaskan Novi Safitri, relawan berprofesi Redaktur. Pohon Cita-cita yang disemai pada Hari Inspirasi di Pulau Hiri (2 Desember / 212) layak dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan agar menebar ke wilayah Ternate ataupun bumi Moloku Kie Raha lainnya. 'Gerakan 212 di Ternate' seharusnya pun tak kalah dahsyat dengan 'Gerakan 212 di Jakarta', gerakan ekoteologi anak bangsa untuk membangun mimpi Indonesia.
Sekali lagi, penulis menegaskan bahwa Uto Ena Sado Yahuadalah adab / etika para Perimba, semua manusia penghuni muka bumi (MP, 17-03-2014) termasuk para relawan, guru, orang tua dan anak Indonesia. Tanam sampai hidup, beramal dengan optimal, bersedekah dengan harta terindah. Karena, seperti sabda Nabi Muhammad SAW, yang mulia di antara manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama (dan semesta). Selamat Meraya Pohon! Uto ena sigado ahu, syukur dofu-dofu, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA