Mohon tunggu...
Moehar Sjahdi
Moehar Sjahdi Mohon Tunggu... Freelancer - Titik nihil

Lelaki sagu dari Tenggara Maluku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maluku, Malino, Masela

20 Agustus 2018   06:20 Diperbarui: 20 Agustus 2018   08:34 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia dijalin dengan kasih sayang, tapi juga ada curiga. Dengan demikian, baku masuk bukanlah harmoni, melainkan dialektika. Adanya pembedaan antara harmoni dengan dialektika tersebut, lebih ditekankan pada konsepsi kesatuan berdasarkan imajinasi politik Jawa dengan relasi etnis dan agama yang ada di Maluku.

Lantas, apa korelasinya dengan Masela? Tepat di sini, saya menemukan alasan bahwa sebuah pendekatan antropologis, sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, justru secara lunak, mengarahkan imajinasi kita ke sana. Kepada dunia yang disebut "masa depan" itu. Suatu dunia yang hanya bisa dijangkau melalui proses dialektika, di mana Masela merupakan (satu dari sekian) hasil rangkaian proses tersebut.

Masela ialah masa depan Maluku. Tentunya sebuah masa depan didahului oleh masa lalu. Maluku merupakan sebuah dunia yang merentang dari masa lalunya ke masa depan. Leonard Y. Andaya (2015)[2],  pernah mencatat bahwa Dunia Maluku di masa lalu ialah kepulauan volkanik yang dari tanahnya tumbuh rempah-rempah---oleh sebabnya, kemudian disebut juga sebagai Kepulauan Rempah (the spice islands)---sebagai simbol kejayaan pada saat itu. 

Aroma rempah-rempah tersebut yang menarik minat bangsa-bangsa Eropa dan bangsa asing lainnya untuk pergi ke Kepulauan Maluku di Indonesia Timur. Rempah-rempah menjadi komoditi utama dunia yang menentukan kelas sosial sekaligus sumber kekuasaan. Rempah-rempah dimaksud antara lain, terutama Cengkih (Eugenia aromatica) dan Pala (Myristica fragrans).

Kini, memasuki abad milenial, melalui sebuah proses panjang sejarah, babak baru kejayaan Maluku akan dimulai dari titik awal sejarahnya sendiri sebagai---meminjam istilah Komarudin Watubun (2017)[3]---"staging point" RI abad 21. 

Pada titik ini, Maluku adalah kepulauan volkanik yang menyimpan sumber daya mineral (migas dan energi) yang begitu melimpah, yang bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat bangsa Indonesia. Atas dasar itu pula, maka bukan suatu hal yang mustahil, jika posisi tawar Maluku hari ini ialah tetap menjadi sebuah wilayah (provinsi) kepulauan yang sedianya mendapat legitimasi secara konstitusional oleh negara, demi kepentingan strategis geoekonomi maupun geopolitik Indonesia di masa depan.

Adalah gas blok Masela, sebagaimana ditulis Watubun, menjadi alasan bahwa pilihan bagi Maluku ialah memperkuat kapital berbasis keahlian, sains dan teknologi guna mengekstraksi sumber-sumber alam, termasuk minyak dan gas, yang dapat memenuhi kebutuhan Asia Pasifik selama abad 21. Sasarannya ialah kesejahteraan rakyat Maluku, kawasan, dan negara RI serta sehat-lestarinya lingkungan Maluku dan sekitarnya. 

Sebab, tanpa pilihan tersebut, terlepas dari tujuan atau manuver politik oleh pihak tertentu, baik di dalam maupun luar negeri, maka cita-cita menegakkan kedaulatan energi sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional hanya sekadar isapan jempol belaka. Apalagi di tengah-tengah kisruh pembahasan revisi UU Migas yang belum jelas nasibnya hingga saat ini. Tentu, tak harus demikian.

parbanusantara.co.id
parbanusantara.co.id
Dus, pada faktanya, Maluku hari ini masih tetap berada di bawah garis kemiskinan. BPS (2018), misalnya, merilis bahwa untuk Maluku-Papua dengan 21, 20% merupakan angka kemiskinan yang paling besar di Indonesia Timur, jika dilihat berdasarkan pulau. 

Dengan menempati posisi ke empat provinsi termiskin di Indonesia, mestinya ada harapan baik bagi Maluku esok untuk dapat bangkit dari ketertinggalannya di tengah-tengah kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki.

Akhirnya, di usia 73 tahun kelahiran, optimisme untuk terus menjaga dan merawat kedaulatan NKRI (di segala bidang) ialah bukti dari komitmen serta bentuk kebaktian kita yang luhur, demi kemajuan bangsa ini lebih baik di waktu-waktu mendatang. Paling tidak, hal tersebut bisa dimulai (kembali) dari Maluku. Sebuah negeri kepulauan di ujung Timur Indonesia yang menjadi "rumah bersama sekaligus masa depan" Indonesia. Semoga! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun