Mohon tunggu...
Muhammad Azhar Husnan
Muhammad Azhar Husnan Mohon Tunggu... Seniman - writers and visual artist

Seorang penulis dan seniman visual dengan minat mendalam pada seni, budaya, dan memori kolektif.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Manusia vs Algoritma: Apa yang Kita Korbankan?

29 Desember 2024   13:54 Diperbarui: 29 Desember 2024   13:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)

Dalam dunia yang semakin terkoneksi, perhatian kita telah menjadi komoditas. Setiap notifikasi, gulir tanpa akhir, dan konten yang disesuaikan oleh algoritma dirancang bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk menguasai waktu dan pikiran kita. Kita mungkin berpikir teknologi adalah alat yang membantu kehidupan, tetapi pertanyaan besar terus muncul: apakah kita masih mengendalikan teknologi, atau justru teknologi yang mengendalikan kita?

Dampak dari "ekonomi perhatian" ini dirasakan oleh banyak orang, termasuk saya sendiri. Malam-malam yang dulunya tenang kini berubah menjadi pertempuran batin melawan dorongan untuk terus memeriksa layar ponsel. Artikel dari The Guardian menyebutkan bahwa perhatian kita adalah sumber daya yang diperebutkan oleh berbagai perusahaan teknologi. Dalam konteks ini, manusia bukan hanya konsumen, tetapi juga "produk" yang dijual kepada pengiklan. Jejak digital yang kita tinggalkan setiap hari, atau yang dikenal sebagai "data exhaust," menjadi bahan bakar utama bagi algoritma untuk memahami kebiasaan, preferensi, dan bahkan kelemahan kita.

Algoritma: Sahabat atau Penguasa?

Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)
Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)

Sebagai makhluk yang mencari pola, manusia sangat rentan terhadap desain algoritma. Media sosial dan platform digital memanfaatkan kecenderungan ini untuk menciptakan pengalaman yang semakin personal. Namun, personalisasi ini datang dengan harga: kebebasan kita. Kita tidak lagi sekadar memilih apa yang kita konsumsi; algoritma telah mengatur apa yang terlihat di layar kita.

Artikel di Social Media + Society mengungkapkan bagaimana algoritma tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga memengaruhi bagaimana kita berpikir, bertindak, dan berinteraksi. Misalnya, rekomendasi video di YouTube atau unggahan di Instagram dirancang untuk menjaga kita tetap berada di platform selama mungkin. Efeknya, kita menjadi pasif, hanya mengikuti apa yang disodorkan tanpa benar-benar berpikir kritis.

Noema Magazine menyebut fenomena ini sebagai "infopocalypse," sebuah era di mana informasi yang melimpah tidak lagi membawa kebijaksanaan, melainkan kebingungan. Kita tenggelam dalam banjir pilihan yang tak ada habisnya, sementara algoritma menentukan mana yang layak untuk kita lihat. Akibatnya, kehadiran kita dalam kehidupan nyata tergantikan oleh konsumsi digital yang pasif dan otomatis.

Refleksi Pribadi: Terperangkap dalam Jaring Digital

Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)
Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)

Pengaruh algoritma tidak hanya teoretis; saya sendiri telah merasakannya. Suatu malam, saya terbangun karena suara notifikasi di ponsel. Meski terlihat sepele, momen itu menyentak saya: apakah saya lebih sering terjaga karena ponsel daripada suara burung atau angin pagi? Pengalaman ini membuat saya bertanya-tanya, apakah saya benar-benar memilih bagaimana saya menghabiskan waktu, atau apakah algoritma telah memilihkan untuk saya?

Kesadaran ini membawa saya pada refleksi yang lebih dalam tentang hubungan saya dengan teknologi. Ponsel, yang awalnya saya anggap sebagai alat untuk produktivitas dan koneksi sosial, ternyata memiliki kendali lebih besar atas waktu saya daripada yang saya sadari.

Melawan Ekonomi Perhatian

Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)
Foto: Artificial Intelligence (DALL-E)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun