Pepatah mengatakan, sudah jatuh tertimpa tangga.Â
Jika pendekatan seperti ini terus diulang, maka dampaknya tidak hanya pada reputasi institusi, tetapi juga pada tingkat kesadaran generasi muda tentang pentingnya menjaga identitas mereka.
Kembali ke Esensi
Ini bukan hanya soal hiburan, tetapi tentang pesan yang ingin disampaikan kepada dunia luar. Kampus Islam memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan, tidak sekadar mengikuti arus modernisasi yang dangkal. Hiburan boleh ada, tetapi harus tetap mencerminkan nilai-nilai Islami.
Jika tujuan dari acara seperti ini adalah marketing, maka kita harus kembali bertanya: Apa yang sebenarnya ingin kita jual? Ingat! Kampus Islam bukan sekadar tempat untuk bergembira, tetapi ruang untuk menempa ilmu dan akhlak. Maka, mari kita pastikan setiap strategi mencerminkan visi tersebut.
Di tengah hingar-bingar dunia, kita harus kembali ke hakikat kita sebagai penjaga nilai-nilai keislaman. Hanya dengan menjaga nilai dan jati diri, kita bisa membangun generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak mulia sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan pengertian Sistem Pendidikan Nasional. Sebab, seperti kata pepatah, biar lambat asal selamat, selama kita tetap di jalan yang benar, keberhasilan sejati akan datang pada waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H