Mohon tunggu...
Muhammad Dziban
Muhammad Dziban Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

suka baca dan nulis tapi malas aja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangan Belakang

24 November 2023   15:03 Diperbarui: 24 November 2023   15:28 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lapangan terus di sinari oleh cahaya bulan tanpa henti. Angin menerpa semua hal yang ada dihadapannya tanpa terkecuali. Tapi itu tak menghalangi Gheo dan yang lainnya untuk mengabdikan jiwa dan raganya kepada negri tercinta. Satu bulan lagi, kini Gheo resmi menjadi seorang intelejen kepolisian yang harus menyembunyikan identitasnya dan tak diketahui oleh orang banyak.

Kini dia harus siap. Menjadi seorang abdi negara bukanlah hal yang mudah. Terutama untuk menjadi seorang yang harus merahasiakan identitasnya tanpa harus diketahui oleh orang banyak. Perkumpulan yang dilakukan oleh seniornya yang bernama Hendra itu hanya untuk bercerita mengenang perjalanan mereka selama ini dan juga cerita dari kakak-kakak seniornya yang sudah menjadi intelejen negara.

Apel malam dadakan ini hanya untuk melatih kesiapan mereka sebelum diterjunkan untuk negara. Dan kini semua telah siap. Apel malam itu diselesaikan pada pukul 02.00 WIB. Semua kembali ke dalam barak mereka masing-masing. Namun, berbeda dengan Gheo. Sebelum tidur dia membuka televisi yang disediakan di lobby barak mereka.

Sebuah acara film barat yang memang sering diputar setiap malam. Dia menonton tak kenal waktu hingga pukul 04.00 pagi. Tapi, sebuah berita muncul langsung memotong film yang sedang diputar. Sebuah berita baru yang menjelaskan bahwa terdapat seorang pembunuh yang baru saja membunuh 2 orang gadis muda.

Pembunuh itu berisinial K dengan umur 43 tahun. Dia membunuh ke dua gadis itu karna stress akibat dia bercerai dengan istrinya. Dimana istrinya meninggalkannya akibat masalah ekonomi keluarga pembunuh itu.

Gheo merasa geram dengan pembunuh itu. Dia menghilangkan emosinya dengan cara kembali tidur agar bisa fokus ketika kembali melaksanakan pendidikan. Dia kembali keatas kasurnya dan menutup matanya hingga tertidur.

Dia terus melaksanakan apa yang harusnya dia laksanakan sebelum tamat dari pendidikannya tersebut. Hingga tak terasa dia sudah selesai dan langsung bekerja sebagai intelejen negara. Banyak hal yang dia lakukan dan juga banyak orang yang harus dia mata-matai walau hampir keseluruhan kasus yang dia kerjai merupakan kasus dari tabrak lari.

3 Tahun berlalu, tak ada panggilan lagi dari pusat untuk ia lakukan. Seperti biasanya dia kembali membuka handphonenya untuk mencari berita yang sedang hangat. Ternyata memang ada yang sedang hangat. Kasus pengedaran besar-besaran terjadi akibat perubahan kebijakan dari Australia yang membuat para petani ganja disana sangat merasa rugi.

Ini bukanlah kasus pertama. Sudah ada kasus seperti ini pada beberapa negara sebelumnya. Kini anggota BNN sudah mulai bergerak untuk meangkap para komplotan penjualan narkoba. Semua bagian keamanan negara diterjunkan. Tak berselang lama terdapat telpon dan panggilan dari pusat yang menyuruhnya untuk melaksanakan misi baru ini dengan segara. Dia langsung menuju pusat untuk mendiskusikan misi ini.

Semua bagian keamanan negara sudah mulai berjalan menuju jalannya masing-masing. Begitu pula dengan Gheo yang langsung membawa gerobak jualannya dan menunggu di depan pintu masuk sebuah ruko.

Dari laporan pusat, jejak pengedaran terakhir terjadi disekitaran ruko itu. Untuk mengantisipasi para komplotan pengedar tentu saja dia juga harus siap didaerah ruko itu karna takut memang disanalah tempat pembayaran dari barang illegal tersebut.

Tapi ruko itu tak kunjung ada yang datang. Sedang Gheo menghabiskan waktunya dengan memakan barang dagangannya sendiri sambil memainkan handphonenya. Namun ada yang membuatnya kaget. Terdapat berita yang menjelaskan bahwa ada pembunuhan yang terjadi oleh seseorang berinisial K setahun yang lalu, dan ini adalah korban ke-3. Gheo semakin waspada dengan apa yang terjadi.

Satu hari itu dia habiskan dengan hanya melihat-lihat sekitar tanpa ada yang tejadi. Semua menjadi kecewa pada hari itu. Bahkan pusat yang menyusun rencanapun juga kecewa karna tak ada laporan yang dapat diambil sebagain barang bukti.

Gheo kembali ke rumahnya dengan menggunakan transportasi umum. Jalan dari pusat menuju halte tak begitu jauh. Namun jalanan yang sudah gelap membuat suasana menjadi lebih sepi dan menakutkan. Beberapa gang terlewatkan olehnya.

Namun disalah satu gang dia malah disergap dan dibuat pingsan. Tak ada yang mengetahui apa yang terjadi. Bahkan Gheo sendiri. Apa yang terjadi padanya?.

Mata Gheo tebuka. Melihat semua kardus yang berantakan dengan banyak senjata tajam dan juga senjata api yang berserakan dimana-mana. Gheo berteriak. Tak ada yang bisa mendengarnya. Dia melakukan hal it uterus menerus tanpa henti dan tanpa mengenal rasa lelah. Namun dia hanya mendapat hal yang sama. Tak ada jawaban.

Pintu besi yang berada di sebelahnyapun terbuka secara tiba-tiba. Seorang dengan wajah yang tak asing lagi bagi Gheo. Tapi siapa?. Kendro!. Sekarang dia ingat siapa orang yang berada dihadapannya itu. Kendro, seorang pembunuh yang telah membunuh total 3 orang. Kenapa dengan pria ini! Apa dia akan membunuh Gheo.

Keadaan Gheo masih lemas dan belum ada tenaga sama sekali. Beberapa orang juga datang. Seorang yang mengenakan pakaian seperti preman jalanan dan juga seorang bapak tua yang Gheo sendiri juga sepertinya tahu dia siapa. Apakah itu Hendra? Seorang Intelejen juga. Apa yang sebenarnya terjadi dengan dunia ini?. Seorang intilejen negara berkhianat dengan negara?Ini semua tak masuk kebenaknya Gheo sekarang.

"Kak Hendra! Kenapa kakak disini! Apa kakak kenal dengan mereka semua! Hajar dia kak! Laporkan ini ke pusat!" teriak Gheo dengan penuh harapan

"Apa kau bilang? Laporkan kepusat? Ayolah diks!jangan jadi lemah, apa kau hak tahu ini dunia luar semua bisa berubah dengan cepat! Dan apa kau masih yakin kalau aku masih bisa dibilang intel?"jelas Hendra

"Sepertinya kakakmu gak peduli dengan dirimu jadi mending kau diam sebelum kau mati!"Teriak Kendro yang memotong pembicaraan antar senior dan juga junior.

"Jadi langsung aja ya! Darimana kau tahu kalau ini markas kami? Oh iya...kau ini juga seorang intel ya.."sindir Kendro

            Tiba-tiba semua diam. Serah terima narkoba disaksikan langsung oleh Gheo. Hendra sebagai orang yang dia kenal baik hati ternyata juga seorang penikmat barang haram tersebut.

"Aku mau nanya dong!"tiba-tiba pria yang berpakaian preman tadi bersuara

"Jujur kau! Siapa nama pimpinan kau yang dari pusat?"tanyanya santai

"tentu aku tak mau menjawab!"teriak Gheo

"Mau kau bilang ataupun tidak kau bakalan mati juga! Jadi lebih baik langsung kau sebut saja.

"Rico! Baik namanya Rico! Dan sekarang tolong lepaskan aku!"teriak Gheo sambil mulai meneteskan air mata.

            Tiba-tiba semua kembali diam. Taka da yang bersuara. Dan juga secara tiba-tiba Hendra langsung menghajar Kendro hingga ia jatuh tak sadarkan diri. Sedangkan pria preman tadi langsung ditembak kakinya hingga lumpuh oleh polisi yang berada di depan pintu.

            Ternyata semua ini memang direncanakan. Bukan sebuah kegiatan yang sebenarnya. Dan apa yang barusan Gheo bilang? Dia menyebutkan nama dari ketua pusat yang seharusnya identitas itu harus disembunyikan oleh siapapun.

"Gheo sepertinya kamu masih harus banyak belajar tentang syarat menjadi intelejen, dan kamu juga bakalan kena hukuman dari pusat karna menyebarkan informasi penting dari negara!"jelas Hendra dengan wajah penuh kesedihan yang bercampur dengan kekecewaan.

            Kini Gheo harus menjalankan proses penyidangan akibat ulahnya itu. Namun hukumannya dapat berkurang karna dia juga membantu dalam menyelesaikan kasus pengedaran dan pembunuhan ini walau dia juga harus terfitnah. Semua menjadi jelas dan Gheo berjanji dalam dirinya bahwa dia tetap akan merahasiakan apa yang telah dia sumpahkan. Dan pelajaran Gheo yang telah dipelajarinya ialah tak semua yang dia lihat itu merupakan kebenaran, bisa saja itu hanya tipuan belaka saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun