Tiba-tiba semua diam. Serah terima narkoba disaksikan langsung oleh Gheo. Hendra sebagai orang yang dia kenal baik hati ternyata juga seorang penikmat barang haram tersebut.
"Aku mau nanya dong!"tiba-tiba pria yang berpakaian preman tadi bersuara
"Jujur kau! Siapa nama pimpinan kau yang dari pusat?"tanyanya santai
"tentu aku tak mau menjawab!"teriak Gheo
"Mau kau bilang ataupun tidak kau bakalan mati juga! Jadi lebih baik langsung kau sebut saja.
"Rico! Baik namanya Rico! Dan sekarang tolong lepaskan aku!"teriak Gheo sambil mulai meneteskan air mata.
      Tiba-tiba semua kembali diam. Taka da yang bersuara. Dan juga secara tiba-tiba Hendra langsung menghajar Kendro hingga ia jatuh tak sadarkan diri. Sedangkan pria preman tadi langsung ditembak kakinya hingga lumpuh oleh polisi yang berada di depan pintu.
      Ternyata semua ini memang direncanakan. Bukan sebuah kegiatan yang sebenarnya. Dan apa yang barusan Gheo bilang? Dia menyebutkan nama dari ketua pusat yang seharusnya identitas itu harus disembunyikan oleh siapapun.
"Gheo sepertinya kamu masih harus banyak belajar tentang syarat menjadi intelejen, dan kamu juga bakalan kena hukuman dari pusat karna menyebarkan informasi penting dari negara!"jelas Hendra dengan wajah penuh kesedihan yang bercampur dengan kekecewaan.
      Kini Gheo harus menjalankan proses penyidangan akibat ulahnya itu. Namun hukumannya dapat berkurang karna dia juga membantu dalam menyelesaikan kasus pengedaran dan pembunuhan ini walau dia juga harus terfitnah. Semua menjadi jelas dan Gheo berjanji dalam dirinya bahwa dia tetap akan merahasiakan apa yang telah dia sumpahkan. Dan pelajaran Gheo yang telah dipelajarinya ialah tak semua yang dia lihat itu merupakan kebenaran, bisa saja itu hanya tipuan belaka saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H