ABSTRAK
Perubahan garis pantai termasuk salah satu bentuk dinamisasi pada area pantai yang dapat terjadi secara terus menerus sehingga memnjadi penyebab terjadinya pengurangan daratan (abrasi) dan penambahan daratan (akresi). Artikel ini mengkaji mekanisme dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pembentukan dan perubahan garis pantai, serta dampaknya terhadap ekosistem pesisir dan aktivitas manusia. Pemahaman yang lebih mendalam tentang proses alami ini penting untuk merencanakan strategi mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan lingkungan di wilayah pesisir.
PENDAHULUAN
Pembentukan dan perubahan garis pantai merupakan hasil dari berbagai proses alami yang berlangsung secara dinamis dan kompleks. Proses-proses ini melibatkan interaksi antara faktor-faktor geomorfologi, oseanografi, dan atmosferik, seperti gelombang, arus laut, angin, dan pasang surut. Fenomena erosi dan akresi adalah dua kekuatan utama yang mempengaruhi perubahan garis pantai, di mana erosi mengikis material pantai dan akresi menambah sedimen ke area pesisir. Selain itu, faktor-faktor seperti iklim, perubahan permukaan laut, dan aktivitas tektonik juga berperan signifikan dalam membentuk karakteristik fisik pantai.
a.Definisi
Erosi merupakan proses degradasi permukaan bumi di mana material seperti tanah, batuan, dan sedimen terkikis dan terangkut oleh agen-agen geologis, seperti air, angin, es, atau gravitasi. Erosi tidak hanya melibatkan pengikisan fisik, tetapi juga disertai dengan mekanisme kimia dan biologi yang mempercepat pelapukan material.
b.Prosses
Proses erosi umumnya dimulai dengan disintegrasi material melalui pelapukan fisik dan kimia, dan kemudian diikuti oleh pergerakan material oleh aliran air (erosi fluvial), arus laut (erosi pesisir), angin (erosi eolian), atau gletser (erosi glacial). Di daerah pesisir, erosi dapat disebabkan oleh gelombang dan arus laut yang mengikis pantai, mengubah garis pantai secara signifikan. Dalam jangka panjang, erosi dapat mengakibatkan perubahan besar pada alam, seperti terbentuknya lembah, tebing, dan delta.
Selain faktor alamiah, aktivitas manusia seperti pertanian yang tidak berkelanjutan, deforestasi, urbanisasi, dan pembangunan infrastruktur juga dapat mempercepat laju erosi, merusak struktur tanah dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Erosi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan hilangnya lahan subur, banjir, penurunan kualitas air, serta kerusakan ekosistem pesisir dan hutan. Secara keseluruhan, erosi merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi dinamis antara faktor-faktor alam dan antropogenik, serta mempengaruhi evolusi bentang alam dalam skala waktu yang panjang.
Proses erosi melibatkan pengikisan, pengangkutan, dan deposisi material dari permukaan bumi oleh agen-agen geologis seperti air, angin, es, dan gravitasi. Proses ini dapat terjadi secara alami maupun dipercepat oleh aktivitas manusia. Berikut adalah tahapan utama dalam proses erosi:
1.Perngikisan (Detachment)
Proses erosi dimulai dengan pengikisan material dari permukaan bumi. Agen erosi seperti air, angin, atau es memisahkan butiran tanah, pasir, atau batu dari permukaan tanah atau batuan. Terdapat berbagai mekanisme pengikisan:
a.Air: Air hujan, aliran permukaan, dan gelombang laut mengikis tanah dan batuan, terutama di daerah dengan curah hujan tinggi atau gelombang kuat.