Mohon tunggu...
Muhammad Zaki Ghufron
Muhammad Zaki Ghufron Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di SMK ISLAM TSAMROTUL HUDA

Menelusuri sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris dengan Narrative Text

27 Februari 2024   21:11 Diperbarui: 27 Februari 2024   21:37 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Meningkatkan kemampuan menulis dan berbicara Bahasa Inggris dalam materi Narrative Text pada peserta didik dengan model                                                                            pembelajaran Project Base Learning serta pendekatan Genre Base Approach 

                                                                  Di kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Kabupaten 

                                                                                                                                  Jepara 

                                                                                                           Tahun Pelajaran 2023/2024 

 

                                                                                                                   Muh. Zaqik Ghufron

                                                                                                  SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan

                                                Jl. Raya Kecapi-Lebak KM. 1 RT 21 RW 03 Ds. Kecapi Kec. Tahunan-Jepara Jawa Tengah, 59429

                                                                                                              Aryapatra79@gmail.com 

 

 

                                                                                                                              Abstraksi

 

Bahasa inggris merupakan salah satu Bahasa internasional. Meskipun di Indonesia masih tergolong Bahasa asing, namun Bahasa Inggris merupakan salah satu kebutuhan yang harus dikuasai. Nyatanya, masih banyak peserta didik yang belum menguasainya, terutama di sekolah yang ada di pedesaan, sehingga guru harus berusaha keras dalam mendidik siswa agar mampu memahami Bahasa Inggris. Factor yang menyebabkan lemahnya kemampuan Bahasa Inggris pada peserta didik pada Tingkat SMA/SMK, adalah: Pembelajaran masih berpusat pada guru, Sumber belajar yang masih terbatas, Penggunaan media teknologi yang masih kurang, Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton, Antusias siswa dalam belajar kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Materi Narrative Text, khususnya peningkatan keterampilan menulis (writing skill) melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan genre base approach dengan media video yang berisi telling story legenda local di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2023/2024. Kualitas tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek motivasi, aktivitas belajar, serta kompetensi siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penulis mengambil data aktivitas siswa pada setiap siklus dengan instrumen observasi, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari hasil diskusi dan produk. Penulis juga mengambil data awal berupa hasil ulangan harian dan tugas untuk memetakan kemampuan awal siswa. Kesimpulan dari Penelitian adalah: 1) Penerapan metode PjBL dengan memanfaatkan media Video berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Narrative Text di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pembelajaran 2023/2024; 2) Penerapan metode Genre Base Learning dengan memanfaatkan media video story telling dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Narrative Text di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2023/2024; 3) Penerapan metode Genre Based Learning dengan memanfaatkan media video telling story dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Narrative Text di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2023/2024.

 

A. Pendahuluan

Berkomunikasi adalah cara memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, serta budaya. Kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan dan tulis yang direalisasikan dalam keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi menyimak/mendengarkan (listening) dan membaca (reading), sedangkan keterampilan produktif meliputi berbicara (speaking) dan menulis (writing). Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar (lulusan) peserta didik mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Tingkat literasi tersebut mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, peserta didik mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam bahasa sasaran (Wells, 1987). Writing (menulis) merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Kegiatan menulis dalam pengajaran bahasa kedua (Bahasa Inggris) biasanya dianggap sebagai keterampilan sekunder yang nilai pentingnya terletak di bawah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Pada kenyataannya, menulis banyak digunakan sebagai cara untuk mempraktekkan unsur unsur linguistik atau untuk mengekspresikan hal-hal yang bersifat personal bagi siswa (Ghazali, 2010:295). Menurut Ghazali (2010:295), pengembangan keterampilan menulis bahasa kedua, sama seperti keterampilan berbahasa lisan, yaitu memerlukan pemahaman tentang cara menggabungkan komponen komponen linguistik (pengetahuan tentang kosakata, tata bahasa, ortografi, struktur (genre)) agar dapat menghasilkan sebuah teks. Vygotsky (dalam Bodrova & Leong, 1996:102) beragumentasi bahwa, "...written speech is not just oral speech on paper but represents a higher level of thinking". Dalam konteks mengenal kata-kata baru, Bloodgood (1999) menegaskan bahwa, "...found that names serve an on going role, helping children make connections to letters, words, sound, reading, and writing concepts". Oleh karena itu, melatih memperkenalkan kosakata tentang benda-benda dan media tertentu akan menjadi bagian penting dalam membangun kemampuan bahasa dan kemampuan latihan menulis. Oleh karenanya, usaha memperkaya kosakata, kalimat-kalimat sederhana dan pengenalan benda benda di sekitar mereka melalui pengembangan model assessment penguasaan meningkatkan untuk bahasa mendeteksi mesti kemampuan dilakukan guna kemampuan bahasa mereka. Bersamaan dengan itu, pengembangan assessment guna mengukur dan menilai tingkat perkembangan kemampuan bahasa mereka menjadi penting. Masih bertalian dengan perkembangan bahasa dan gagasan berpikir, tidak terlepas dari memperkenalkan dan mengajarkan kata-kata baru secara tepat. Kekayaan gagasan berpikir pada peserta didik merupakan implikasi dari usaha mengenalkan konsep/benda yang ada di alam dan lingkungan sekitarnya. Gagasan berpikir yang telah tumbuh dan berkembang dangan baik tersebut menurut Marlin et al (2003), dapat mendukung mereka dalam mengembangkan kemampuan menulis. Bertalian dengan hal tersebut, penelitian (Schilisselberg, 2004; Neoman, 2006; Leonard, 1976) menemukan bahwa identifikasi vocab berkorelasi dengan proses penguasaan merangkai dan menyusun beberapa vocab yang bertalian kedalam tulisan. Dengan demikian, keterampilan menulis (writing skill) cenderung dipengaruhi oleh penguasaan kosakata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Selama ketiga faktor tersebut belum dikuasai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mengasah kemampuan menulis dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Beban siswa akan semakin bertambah karena terdapat perbedaan secara gramatikal antara Bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Blogspot Syam-Education saat menulis artikel "Collaborative

Writing: Strategi Pengajaran Menulis dengan Menggunakan menguraikan beberapa Pendekatan penyebab Proses", rendahnya keterampilan menulis (writing skill) siswa, yaitu: 1. keterampilan menulis (writing skill) cenderung jarang diajarkan di sekolah; 2. 3. 4. 5. 6. 7. guru kesulitan dalam merencanakan dan mengajarkan keterampilan ini; guru lebih sering disibukkan dengan tindakan menjelaskan grammar serta bagian-bagian (generic structure) dari sebuah teks dibanding mengaplikasikan ke dalam sebuah tulisan siswa; pembelajaran keterampilan menulis sangat menyita waktu, baik prosesnya maupun dalam pemberian umpan balik; jumlah siswa terlalu banyak dalam satu kelas menyulitkan guru membimbing siswa secara efektif; siswa tidak menguasai vocabulary serta kesulitan mengorganisisr ide mereka dan menuangkannya ke dalam paragraf sederhana; dalam memberikan tugas menulis guru terkadang tidak memberikan contoh dan bimbingan tentang cara menuangkan ide dan mengembangkannya pada setiap proses menulis, sehingga pembelajaran keterampilan menulis hanya bertumpu pada hasil (product oriented) bukan pada proses (proccess oriented).

Salah satu Capaian Pembelajaran (CP) yang harus dikuasai siswa Kelas XI adalah kemampuan mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk: narrative, spoof, dan hortatory exposition. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti saat mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara, selama pembelajaran CP tersebut dilakukan secara klasikal / konvensional, keterampilan menulis (writing skill) siswa Kelas XI cenderung stagnan. Stagnansi tersebut timbul karena terkendala oleh: 1) kurang bervariasinya metode atau teknik yang digunakan atau diterapkan oleh guru; 2) kurangnya media pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa; 3) kurangnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran interaktif -- inovatif khususnya yang menyangkut skill tersebut; 4) rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang kurang menarik menurut mereka, 5) keterampilan siswa dalam menulis cenderung lemah karena mereka kesulitan merubah budaya lisan ke budaya tulis, tidak paham bagaimana harus memulai, lemah dalam mengorganisasi informasi kedalam teks yang akurat, serta miskin ide, gagasan dan imajinasi. Khusus keterampilan menulis (writing skill) narrative text, siswa Kelas XI idealnya mampu menulis narrative text sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang tercakup dalam langkah-langkah retorika narrative text, yaitu: generic stucture (susunan umun teks) yang mencakup orientation, complication dan resolution, serta menggunakan languange features seperti simple past tense (verb 2), action verbs, dan conjunction. Selain itu, tulisan yang dihasilkan oleh peserta didik mengandung pesan moral (moral value). Kenyataannya, banyak siswa belum memahami perbedaanperbedaan yang ada dalam setiap teks tersebut. Siswa cenderung lemah dalam penguasaan kosakata dan grammar, serta kurang memanfaatkan waktu untuk bertanya tentang kesulitan mereka dalam memahami materi narrative text. Peneliti berusaha mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusinya. Guru harus mampu mencari suatu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan. Dibutuhkan suatu pembelajaran yang dibangun secara aktif oleh individu, bukan ditransfer dari guru kepada siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini dapat mengembangkan respons positif dengan cara melatih sikap kepemimpinan, menghargai diri sendiri dan teman yang lain, saling bertanggungjawab, memberi kebebasan berpendapat, melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar melalui belajar berdiskusi serta menghasilkan produk.

Meskipun Bahasa Inggris merupakan Bahasa asing, namun Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional tetap harus diajarkan dan dikuasai oleh siswa SMK sebagai salah satu kebutuhan sertta ketrampilan tambahan yang harus dimiliki. Karena dalam kenyatannya masih banyak peserta didik yang belum menguasainya, terutama di sekolah yang ada di pedesaan, sehingga guru harus berusaha keras dalam mendidik siswa agar mampu memahami Bahasa Inggris. Factor yang menyebabkan lemahnya kemampuan Bahasa Inggris pada peserta didik pada Tingkat SMA/SMK, adalah: Pembelajaran masih berpusat pada guru, Sumber belajar yang masih terbatas, Penggunaan media teknologi yang masih kurang, Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton, Antusias siswa dalam belajar kurang.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan November 2024 dan Januari 2024. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Kabupaten Jepara, khususnya di Kelas XI Multimedia. Lokasi ini dipilih karena peneliti merupakan guru pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas dan jurusan tersebut. Jumlah siswa Kelas XI Multimedia adalah 40 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan, dengan kemampuan siswa yang heterogen (tidak sama). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip prosedur penelitian dari Kemmis dan Taggart (1988), yaitu: kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan itu berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Peneliti berencana melakukan kegiatan penelitian sebanyak dua siklus, dengan opsi menambah satu siklus lagi apabila hasil yang dicapai belum memenuhi ekspektasi.

 

Pengambilan data dilakukan dengan cara: a) data aktivitas kelas diambil melalui observasi pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung dengan bantuan lembar observasi; b) data hasil belajar siswa diambil setelah masing-masing siklus berlangsung dengan instrumen LKPD yang tersedia; c) data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran dan observasi. Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan diklasifikasikan atas dua tipe data, yaitu: kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berupa nilai para siswa pada setiap siklus akan diolah dengan teknik tabulasi sesuai dengan Modul Ajar. Data kualitatif berupa hasil observasi diolah dengan cara: 1) mengklasifikasikan seluruh materi-materi data berdasarkan sumber sumber data yang diperoleh; 2) editing, yakni penelaahan terhadap data yang telah terkumpul untuk diklasifikasikan berdasarkan satuan gejala yang diteliti; 3) melakukan pengkodean (coding) untuk diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan satuan gejala yang diteliti; dan 4) melakukan presentasi data untuk keperluan analisis. Teknik analisis data dikembangkan berdasarkan kriteria penilaian Modul Ajar. Oleh karena itu, indikator keberhasilan tindakan yang digunakan adalah yang telah dirumuskan di Modul Ajar, ditambah dengan indikator hasil belajar siswa yang telah disepakati, yaitu: 1) KKM = 75; 2) Ketuntasan Klasikal = 80%.

 

Hasil Penelitian pada Siklus 1 Hasil pengamatan observer menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di Kelas XI Multimedia cenderung aktif terlibat dalam pembelajaran Bahasa Inggris materi narrative text pada aspek peningkatan keterampilan menulis dengan menggunakan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) diskusi serta persentasi. Data analisis menunjukkan bahwa dari 36 siswa Kelas XI IPA-4, sebanyak 12 siswa

(33,33%) termasuk kategori Cukup Aktif, sebanyak 7 siswa (19,44%) termasuk kategori Sangat Aktif. Meski demikian, masih terdapat 17 siswa (47,22%) yang dinilai Kurang Aktif terlibat dalam eksperimen penelitian tindakan kelas.

 

Analisis data dilanjutkan pada level indikator keaktifan, antara lain: a) perhatian siswa terhadap materi pelajaran (1); b) kerjasama kelompok (2); dan c) tingkat partisipasi dalam diskusi (3). Apabila jumlah siswa di Kelas XI Multimedia yang terlibat adalah 40 siswa, maka jumlah minimal pencapaian adalah 40 indikator sementara jumlah maksimal pencapaian adalah 108 indikator. Jadi, pada interval 40 -- 108 tersebut diperoleh nilai tengah yaitu (108 + 40)/2 = 74 (79,92%). Total jumlah indikator yang dicapai oleh 40 siswa di Kelas XI Multimedia pada Siklus 1 tercatat sebanyak 62 indikator (57,41%). Oleh karena 62 < 74, maka tingkat keaktifan siswa pada level indikator keaktifan terbukti masih rendah. Analisis data secara mendalam dilanjutkan pada masing-masing indikator, dengan tujuan untuk mengetahui secara detail indikator keaktifan siswa yang paling signifikan. Hasilnya adalah sebanyak 27 siswa (75,00%) aktif menunjukkan perhatian pada materi pelajaran (1), sebanyak 24 siswa (66,67%) aktif bekerjasama dalam kelompoknya (2), serta sebanyak 11 siswa (30,56%) cenderung aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan diskusi pada pembelajaran Problem Base Learning.

 

Hasil Penelitian pada Siklus 2

Hasil pengamatan observer menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di Kelas XI Multimedia cenderung sangat aktif terlibat dalam pembelajaran Bahasa Inggris materi narrative text pada aspek peningkatan keterampilan menulis (writing skill) dengan menggunakan model pembelajaran Project Base Learning. Data analisis menunjukkan bahwa dari 40 siswa Kelas XI Multimedia, sebanyak 15 siswa (41,67%) termasuk kategori Cukup Aktif, sebanyak 17 siswa (47,22%) termasuk kategori Sangat Aktif. Meski demikian, masih terdapat 8 siswa (11,11%) yang dinilai Kurang Aktif terlibat dalam eksperimen penelitian tindakan kelas. Jumlah siswa yang sangat aktif meningkat tajam dari 7 siswa pada Siklus 1 menjadi 17 siswa pada Siklus 2, sedangkan julah siswa kurang aktif menurun dari 21 siswa menjadi 8 siswa saja.

 

Hasil pengamatan terhadap tingkat keaktifan siswa menunjukkan bahwa aspek terlemah dari siswa masih sama, yaitu tingkat partisipasi siswa saat mengikuti turnamen. Padahal, aspek tersebut cenderung meningkat secara signifikan. Perhatian terhadap materi pembelajaran dan kerjasama kelompok siswa juga dinilai meningkat. Hampir semua siswa (34 siswa) menunjukkan atensi yang bagus saat materi pelajaran dipresentasikan. Berdasarkan kondisi tersebut, masih ditemui beberapa siswa yang dinilai kurang aktif (KA) saat mengikuti proses pembelajaran meski jumlahnya cenderung berkurang dari 17 menjadi 4 siswa. Jumlah siswa sangat aktif meningkat pesat dari 7 menjadi 17 siswa, atau bertambah hampir dua kali lipat. Hal ini membuktikan bahwa dengan mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia, guru mampu memotivasi siswa dalam belajar di kelas.

 

Nilai rata-rata meningkat dari 75,86 menjadi 82,16, yang berimplikasi pada meningkatnya jumlah siswa yang nilainya memenuhi syarat KKM = 75. Meski jumlah siswa yang nilainya dibawah rata rata cenderung bertambah, tetapi secara umum hampir semua siswa mengalami kenaikan nilai pada Siklus 2. Bahkan nilai yang diraih siswa juga mengalami tren kenaikan karena nilai rata-rata pada Siklus 1 = 78,06 meningkat menjadi 80,32 pada Siklus 2. Meskipun hanya 3 siswa yang memiliki nilai lebih dari 90, dan berada di peringkat "very good" bahkan "excellent", namun peringkat terendah siswa berada di "fair", lebih baik daripada Siklus 1 yang berada di "poor". Perubahan terbesar terjadi di level menengah, dimana pada Siklus 1 nilai siswa terkonsentrasi di level "fair" yaitu sebanyak 24 siswa di rentang 70 -- 79, pada Siklus 2 konsentrasi nilai siswa bergeser ke level "good" yaitu sebanyak 24 siswa di rentang 80 -- 89. Peningkatan hasil belajar pada Siklus 2 juga terjadi pada pencapaian ketuntasan klasikal = 80%, dimana sebanyak 33 siswa berhasil mencapai KKM, serta indeks ketuntasan klasikal hasil perhitungan yang mencapai 80,50%. Secara umum, eksperimen pada Siklus 2 relatif berhasil meningkatkan kompetensi siswa dalam hal keterampilan menulis (writing skill) pada materi narrative text. Kuncinya adalah keberhasilan meningkatkan kemampuan siswa untuk menentukan struktur generik, menyusun langkah-langkah retorika serta mendorong siswa agar lebih meningkatkan penguasaan terhadap kosakata (vocabulary). Hal lain yang berhasil dikelola guru model adalah waktu. Manajemen waktu sangat penting dalam kelancaran dan keberhasilan penerapan metode PjBL pada siklus 2, karena metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada metode PBL pada siklus 1 dan pembelajaran berbasiskan model kooperatif.

 

C. Pembahasan

Penelitian telah menghasilkan beberapa temuan yang membuktikan bahwa aspek kognitif siswa cenderung mengalami peningkatan secara signifikan, khususnya dalam keterampilan menulis sebagai keterampilan dasar siswa dalam memahami dan menguasai pembelajaran Bahasa Inggris materi narrative text. Mulai dengan kondisi awal hingga hasil turnamen pada Siklus 2, telah menunjukkan bahwa nilai siswa cenderung meningkat, baik secara individu maupun secara kelompok. Hasil turnamen pada Siklus 1 menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 85,00 dan nilai terendah adalah 64,29, dengan nilai rata-rata sebesar 75,86. Sebanyak 27 siswa (75,00%) memiliki nilai di atas atau sama dengan KKM, serta sebanyak 9 siswa (25,00%) memiliki nilai di bawah KKM. Tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus I mencapai 76,06% dari ketentuan minimal 80% (belum tercapai). Hasil turnamen pada Siklus 2 menunjukkan bahwa nilai tertinggi adalah 94,00 dan nilai terendah adalah 70,00, dengan nilai rata-rata sebesar 82,16. Sebanyak 33 siswa (91,67%) memiliki nilai di atas atau sama dengan KKM, serta sebanyak 3 siswa (8,33%) memiliki nilai di bawah KKM. Tingkat keberhasilan secara klasikal pada Siklus 2 naik mencapai 80,50% dari ketentuan minimal 80% (sudah tercapai). Akbar (2011) di dalam blogspot-nya mengatakan bahwa penggunaan media gambar berseri tidak hanya meningkatkan kemampuan menulis narrative text tetapi juga dapat meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata, tata bahasa, dan struktur kalimat yang berterima. Kreativitas siswa juga dapat berkembang saat menulis narrative text dengan bantuan media video story telling.

 

Alasan penggunaan model pembelajaran Project Based Learning karena dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kolaborasi, dan meningkatkan kemampuan mengelola sumber1, serta alasan penggunaan pendekatan berbasis genre (Genre Based Approach) pada pembelajaran menulis dan berbicara (writing and speaking) antara lain: 1) modelling, 2) joint construction, dan 3) independent construction2. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga dalam meningkatkan keterampilan menulis dan berbicara para pserta didik.

 

Berdasarkan eksplorasi analisis masalah, didapatkan tantangan: Guru terlanjur merasa nyaman dengan sistem lama, belum siap dengan perkembangan media dan teknologi yang ada, kurang kreatif dan inovatif dalam menggali berbagai jenis model pembelajaran, belum memahami berbagai jenis model pembelajaran beserta fungsi masing-masing model tersebut, belum mempunyai keterampilan dalam merancang dan mengaplikasikan metode pembelajaran, belum maksimal dalam mengorganisasikan berbagai jenis media serta belum dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar, serta siswa belum punya motivasi belajar yang tinggi. Maka tantangan yang dihadapi guru adalah: Guru harus mengubah paradigma tentang pendidikan yang lama dimana segala sesuatu berpusat kepada guru, belajar menjadi fasilitator di dalam kelas dimana siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran didalam kelas, belajar menggunakan metode dan model pembelajaran yang baru agar siswa bisa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, meningkatkan diri dengan belajar sesuatu yang baru serta berani mencoba metode baru untuk memperluas pengetahuannya dalam mengajar, memunculkan pesona baru yang disukai oleh siswa sehingga saat belajar siswa bisa merasa lebih akrab dengan guru, harus bisa memotivasi siswa agar minat belajar semakin meningkat.

 

D. Kesimpulan

Berdasarkan proses dan aktivitas yang telah saya laksanakan, pembelajaran dengan model dan metode yang inovatif dan variatif menjadikan proses belajar siswa lebih menyenangkan untuk dilaksanakan, hal ini akan berefek baik kepada guru dan juga siswa di dalam kelas. Bahkan sesuai tidaknya model pembelajaran yang ingin kita terapkan akan terlihat, sehingga guru akan lebih jeli dalam memilah dan menggunakan model pembelajaran. Untuk dapat mengetahui hal tersebut, guru harus lebih banyak mencoba berbagai model pembelajaran yang berbeda pada tiap materi. hal itu akan menjadi sempurna sehingga tidak ada salahnya mencoba model pembelajaran inovatif dalam kelas selama tujuan yang ingin dicapai adalah untuk kebaikan bersama, sekolah, pendidik dan siswa.

 

Daftar Pustaka

Cope, B., & Kalantzis, M. (1993). The Powers of Literacy: A Genre Approach to Teaching Writing, 1 21. 

Jurnal Penddidikan Actual, Volume 6 N0. 1 : 2020 hal. 5-6 

Angkowo, R., dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: SK-KD SMP/MTs. Jakarta: BSNP. 

Bodrova, Elena and Leong, Deborah.1996. Tools of The Mind: The Vygotskian Approach to Early Childhood Education. New Jersey: Merill Prentice Hall. 

Ghazali, H.A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa. Malang: Aditama 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun