Mohon tunggu...
Muhammad Zaki Ghufron
Muhammad Zaki Ghufron Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di SMK ISLAM TSAMROTUL HUDA

Menelusuri sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris dengan Narrative Text

27 Februari 2024   21:11 Diperbarui: 27 Februari 2024   21:37 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

                                                                                                                              Abstraksi

 

Bahasa inggris merupakan salah satu Bahasa internasional. Meskipun di Indonesia masih tergolong Bahasa asing, namun Bahasa Inggris merupakan salah satu kebutuhan yang harus dikuasai. Nyatanya, masih banyak peserta didik yang belum menguasainya, terutama di sekolah yang ada di pedesaan, sehingga guru harus berusaha keras dalam mendidik siswa agar mampu memahami Bahasa Inggris. Factor yang menyebabkan lemahnya kemampuan Bahasa Inggris pada peserta didik pada Tingkat SMA/SMK, adalah: Pembelajaran masih berpusat pada guru, Sumber belajar yang masih terbatas, Penggunaan media teknologi yang masih kurang, Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton, Antusias siswa dalam belajar kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Materi Narrative Text, khususnya peningkatan keterampilan menulis (writing skill) melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan genre base approach dengan media video yang berisi telling story legenda local di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2023/2024. Kualitas tersebut dianalisis berdasarkan aspek-aspek motivasi, aktivitas belajar, serta kompetensi siswa. Penelitian dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penulis mengambil data aktivitas siswa pada setiap siklus dengan instrumen observasi, sedangkan data hasil belajar diperoleh dari hasil diskusi dan produk. Penulis juga mengambil data awal berupa hasil ulangan harian dan tugas untuk memetakan kemampuan awal siswa. Kesimpulan dari Penelitian adalah: 1) Penerapan metode PjBL dengan memanfaatkan media Video berpengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Narrative Text di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pembelajaran 2023/2024; 2) Penerapan metode Genre Base Learning dengan memanfaatkan media video story telling dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Narrative Text di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2023/2024; 3) Penerapan metode Genre Based Learning dengan memanfaatkan media video telling story dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka peningkatan keterampilan menulis pada pembelajaran Bahasa Inggris materi Narrative Text di Kelas XI Multimedia SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara Tahun Pelajaran 2023/2024.

 

A. Pendahuluan

Berkomunikasi adalah cara memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, serta budaya. Kemampuan berkomunikasi dengan Bahasa Inggris dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan menghasilkan teks lisan dan tulis yang direalisasikan dalam keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif meliputi menyimak/mendengarkan (listening) dan membaca (reading), sedangkan keterampilan produktif meliputi berbicara (speaking) dan menulis (writing). Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar (lulusan) peserta didik mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Tingkat literasi tersebut mencakup performative, functional, informational, dan epistemic. Pada tingkat performative, peserta didik mampu membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan. Pada tingkat functional, orang mampu menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti membaca surat kabar, manual atau petunjuk. Pada tingkat informational, orang mampu mengakses pengetahuan dengan kemampuan berbahasa, sedangkan pada tingkat epistemic orang mampu mengungkapkan pengetahuan yang dimilikinya ke dalam bahasa sasaran (Wells, 1987). Writing (menulis) merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Kegiatan menulis dalam pengajaran bahasa kedua (Bahasa Inggris) biasanya dianggap sebagai keterampilan sekunder yang nilai pentingnya terletak di bawah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Pada kenyataannya, menulis banyak digunakan sebagai cara untuk mempraktekkan unsur unsur linguistik atau untuk mengekspresikan hal-hal yang bersifat personal bagi siswa (Ghazali, 2010:295). Menurut Ghazali (2010:295), pengembangan keterampilan menulis bahasa kedua, sama seperti keterampilan berbahasa lisan, yaitu memerlukan pemahaman tentang cara menggabungkan komponen komponen linguistik (pengetahuan tentang kosakata, tata bahasa, ortografi, struktur (genre)) agar dapat menghasilkan sebuah teks. Vygotsky (dalam Bodrova & Leong, 1996:102) beragumentasi bahwa, "...written speech is not just oral speech on paper but represents a higher level of thinking". Dalam konteks mengenal kata-kata baru, Bloodgood (1999) menegaskan bahwa, "...found that names serve an on going role, helping children make connections to letters, words, sound, reading, and writing concepts". Oleh karena itu, melatih memperkenalkan kosakata tentang benda-benda dan media tertentu akan menjadi bagian penting dalam membangun kemampuan bahasa dan kemampuan latihan menulis. Oleh karenanya, usaha memperkaya kosakata, kalimat-kalimat sederhana dan pengenalan benda benda di sekitar mereka melalui pengembangan model assessment penguasaan meningkatkan untuk bahasa mendeteksi mesti kemampuan dilakukan guna kemampuan bahasa mereka. Bersamaan dengan itu, pengembangan assessment guna mengukur dan menilai tingkat perkembangan kemampuan bahasa mereka menjadi penting. Masih bertalian dengan perkembangan bahasa dan gagasan berpikir, tidak terlepas dari memperkenalkan dan mengajarkan kata-kata baru secara tepat. Kekayaan gagasan berpikir pada peserta didik merupakan implikasi dari usaha mengenalkan konsep/benda yang ada di alam dan lingkungan sekitarnya. Gagasan berpikir yang telah tumbuh dan berkembang dangan baik tersebut menurut Marlin et al (2003), dapat mendukung mereka dalam mengembangkan kemampuan menulis. Bertalian dengan hal tersebut, penelitian (Schilisselberg, 2004; Neoman, 2006; Leonard, 1976) menemukan bahwa identifikasi vocab berkorelasi dengan proses penguasaan merangkai dan menyusun beberapa vocab yang bertalian kedalam tulisan. Dengan demikian, keterampilan menulis (writing skill) cenderung dipengaruhi oleh penguasaan kosakata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Selama ketiga faktor tersebut belum dikuasai, siswa akan mengalami kesulitan dalam mengasah kemampuan menulis dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Beban siswa akan semakin bertambah karena terdapat perbedaan secara gramatikal antara Bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Blogspot Syam-Education saat menulis artikel "Collaborative

Writing: Strategi Pengajaran Menulis dengan Menggunakan menguraikan beberapa Pendekatan penyebab Proses", rendahnya keterampilan menulis (writing skill) siswa, yaitu: 1. keterampilan menulis (writing skill) cenderung jarang diajarkan di sekolah; 2. 3. 4. 5. 6. 7. guru kesulitan dalam merencanakan dan mengajarkan keterampilan ini; guru lebih sering disibukkan dengan tindakan menjelaskan grammar serta bagian-bagian (generic structure) dari sebuah teks dibanding mengaplikasikan ke dalam sebuah tulisan siswa; pembelajaran keterampilan menulis sangat menyita waktu, baik prosesnya maupun dalam pemberian umpan balik; jumlah siswa terlalu banyak dalam satu kelas menyulitkan guru membimbing siswa secara efektif; siswa tidak menguasai vocabulary serta kesulitan mengorganisisr ide mereka dan menuangkannya ke dalam paragraf sederhana; dalam memberikan tugas menulis guru terkadang tidak memberikan contoh dan bimbingan tentang cara menuangkan ide dan mengembangkannya pada setiap proses menulis, sehingga pembelajaran keterampilan menulis hanya bertumpu pada hasil (product oriented) bukan pada proses (proccess oriented).

Salah satu Capaian Pembelajaran (CP) yang harus dikuasai siswa Kelas XI adalah kemampuan mengungkapkan makna dan langkah retorika dalam esei dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk: narrative, spoof, dan hortatory exposition. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti saat mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Jepara, selama pembelajaran CP tersebut dilakukan secara klasikal / konvensional, keterampilan menulis (writing skill) siswa Kelas XI cenderung stagnan. Stagnansi tersebut timbul karena terkendala oleh: 1) kurang bervariasinya metode atau teknik yang digunakan atau diterapkan oleh guru; 2) kurangnya media pembelajaran yang sesuai dan menarik bagi siswa; 3) kurangnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran interaktif -- inovatif khususnya yang menyangkut skill tersebut; 4) rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran yang kurang menarik menurut mereka, 5) keterampilan siswa dalam menulis cenderung lemah karena mereka kesulitan merubah budaya lisan ke budaya tulis, tidak paham bagaimana harus memulai, lemah dalam mengorganisasi informasi kedalam teks yang akurat, serta miskin ide, gagasan dan imajinasi. Khusus keterampilan menulis (writing skill) narrative text, siswa Kelas XI idealnya mampu menulis narrative text sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang tercakup dalam langkah-langkah retorika narrative text, yaitu: generic stucture (susunan umun teks) yang mencakup orientation, complication dan resolution, serta menggunakan languange features seperti simple past tense (verb 2), action verbs, dan conjunction. Selain itu, tulisan yang dihasilkan oleh peserta didik mengandung pesan moral (moral value). Kenyataannya, banyak siswa belum memahami perbedaanperbedaan yang ada dalam setiap teks tersebut. Siswa cenderung lemah dalam penguasaan kosakata dan grammar, serta kurang memanfaatkan waktu untuk bertanya tentang kesulitan mereka dalam memahami materi narrative text. Peneliti berusaha mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusinya. Guru harus mampu mencari suatu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan. Dibutuhkan suatu pembelajaran yang dibangun secara aktif oleh individu, bukan ditransfer dari guru kepada siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini dapat mengembangkan respons positif dengan cara melatih sikap kepemimpinan, menghargai diri sendiri dan teman yang lain, saling bertanggungjawab, memberi kebebasan berpendapat, melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar melalui belajar berdiskusi serta menghasilkan produk.

Meskipun Bahasa Inggris merupakan Bahasa asing, namun Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional tetap harus diajarkan dan dikuasai oleh siswa SMK sebagai salah satu kebutuhan sertta ketrampilan tambahan yang harus dimiliki. Karena dalam kenyatannya masih banyak peserta didik yang belum menguasainya, terutama di sekolah yang ada di pedesaan, sehingga guru harus berusaha keras dalam mendidik siswa agar mampu memahami Bahasa Inggris. Factor yang menyebabkan lemahnya kemampuan Bahasa Inggris pada peserta didik pada Tingkat SMA/SMK, adalah: Pembelajaran masih berpusat pada guru, Sumber belajar yang masih terbatas, Penggunaan media teknologi yang masih kurang, Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton, Antusias siswa dalam belajar kurang.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan November 2024 dan Januari 2024. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Islam Tsamrotul Huda Tahunan Kabupaten Jepara, khususnya di Kelas XI Multimedia. Lokasi ini dipilih karena peneliti merupakan guru pengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas dan jurusan tersebut. Jumlah siswa Kelas XI Multimedia adalah 40 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan, dengan kemampuan siswa yang heterogen (tidak sama). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip prosedur penelitian dari Kemmis dan Taggart (1988), yaitu: kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan itu berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Peneliti berencana melakukan kegiatan penelitian sebanyak dua siklus, dengan opsi menambah satu siklus lagi apabila hasil yang dicapai belum memenuhi ekspektasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun