Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Mulia
Muhammad Yusuf Mulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FKG Unair

Charli XCX

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Strategi Pemasaran Nike dalam Menciptakan Konsumerisme di Kehidupan Masyarakat

21 Juni 2024   14:20 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era yang semakin modern dengan berkembangnya teknologi yang mampu menghasilkan barang-barang berkualitas tinggi dan bergengsi, semakin membuat individu tergiur untuk memiliki barang-barang yang dianggap memiliki nama besar. Hal tersebut tidak serta-merta didasarkan pada kebutuhan, tetapi pada keinginan. 

Membeli barang-barang yang dianggap 'branded' seakan mampu menaikkan status sosial seseorang. Dengan adanya dorongan untuk meningkatkan status sosial, individu semakin berbondong-bondong untuk membeli barang dan jasa yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Fenomena seperti itu dapat dikategorikan sebagai konsumerisme. Dorongan yang membuat individu melakukan tindakan konsumerisme berasal dari tren serta iklan yang membubuhkan kebutuhan akan status sosial.

                Ada banyak sekali merk yang dianggap mampu menaikkan status sosial seseorang jika membeli barang dengan merk tersebut, salah salah satunya adalah merk Nike. Nike berkecimpung dalam bidang olahraga dengan memproduksi berbagai sepatu dan pakaian olahraga. 

Eksistensi Nike membuat banyak individu berupaya untuk membeli produk-produknya karena barang-barang yang dijual Nike termasuk ke dalam barang 'branded'. Bagi individu yang ingin membuat diri mereka terlihat fashionable sekaligus ingin menggunakan sepatu untuk fungsi olahraganya biasanya akan memilih Nike. Nike sendiri didirikan oleh Phil Knight dan Bill Bowerman di tahun 1964 (Nike, 2020). 

Nike dikenal sebagai produk yang 'branded' serta merta bukan karena hanya hasil produksi yang memiliki kualitas, tetapi juga dibarengi dengan strategi pemasaran yang inovatif, unik, dan agresif. Strategi pemasaran yang biasanya dilakukan oleh Nike adalah menggandeng atlet-atlet NBA untuk menjadi model dalam periklanannya, seperti Michael Jordan yang dijadikan model serta brand ambassador di tahun 1984. 

Dari hasil kolaborasi bersama dengan Michael Jordan yang paling dikenal produknya hingga saat ini adalah Air Jordan. Eksistensi Air Jordan tidak hanya temporer. Bahkan hingga menjadi seperti budaya. Hingga saat ini sepatu Nike Jordan masih dianggap sebagai sepatu yang mahal dan bernuansa 'branded', khususnya bagi para pecinta bola basket (Nike, 2020).


                Pada tahun 2001, Van Tassel dan Cornwell membuat sebuah penelitian mengenai produk-produk Nike. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan penemuan bahwa produk Nike memiliki kecenderungan untuk dibeli karena atlet-atlet yang dijadikan model serta brand ambasaador mampu memikat ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut. 

Sebab, dengan membawa atlet-atlet terkenal tersebut mampu menaikkan citra Nike sebagai  merk yang mampu menaikkan status sosial seseorang. Nilai jual dan status Nike menjadi naik dengan dihadirkannya atlet-atlet untuk berkolaborasi bersama Nike (Cornwell & Tassel, 2001). 

Dari fenomena tersebut, dapat ditilik bahwa individu membeli produk-produk Nike dengan dorongan agar mereka mampu dilihat sebagai individu yang memiliki status sosial lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Padahal, belum tentu pada kenyataannya bahwa individu tersebut benar-benar membutuhkan produk tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Di sisi lain, di tahun 2018 Nike meluncurkan Nike Air Max 270 (Nike, 2020). 

Dalam peluncurannya, Nike juga menggunakan skema pemasaran yang unik. Selain itu, kualitas yang dikeluarkan oleh Nike memang berbeda dengan produk-produk sebelumnya, di mana dalam peluncuran Nike Air Max 270 Nike menggunakan airbag. Dengan ditambahkannya airbag ke dalam produksi pembuatan produk Nike, Nike berupaya untuk memberikan kualitas yang jauh lebih menjual dibandingkan dengan produk-produk sebelumnya. Dengan ditambahkannya airbag dengan kualitas premium sekaan menawarkan kenyamanan dengan tingkatan yang lebih tinggi.

         Kunci bagi Nike untuk mewujudkan konsumerisme ditandai dengan kolaborasinya bersama influencer terkenal. Dengan kolaborasi bersama pemain-pemain NBA, Nike mampu menghipnotis individu-individu yang memiliki ketertarikan dengan basket (Nike, 2020). Para pecinta basket tidak akan berpikir dua kali untuk membeli sepatu-sepatu merk Nike. Dan, juga tidak perlu dikaitkan dengan kebutuhan bagi kehidupan sehari-hari. 

Cukup dengan membelinya, mereka akan mampu meningkatkan status sosial mereka dengan anggapan bahwa mereka bisa memakai sepatu yang sama dengan yang dipakai oleh Michael Jordan ataupun pemain NBA lainnya. Nike sendiri tidak hanya menggaet para pecinta NBA, produk-produk Nike juga mampu menghipnotis individu-individu yang bahkan tidak memiliki ketertarikan dengan dunia basket. Sebab, Nike tidak hanya mendesain produk mereka untuk dipakai saat olahraga saja, tetapi juga untuk meningkatkan segi fashion konsumennya (Nike, 2020).

Hak tersebut yang akhirnya berdampak pada masifnya konsumerisme terhadap produk Nike. Banyak anak-anak muda yang membeli sepatu Nike tanpa mengetahui seluk-beluk NBA atau bahkan keseluruhan pemain dari NBA yang menjadi model dalam pemasaran produk-produk Nike. 

Dampak dari strategi pemasaran Nike tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi juga oleh konsumen dan masyarakat secara keseluruhan. Konsumerisme yang didorong oleh merek seperti Nike dapat memiliki implikasi ekonomi yang signifikan. Konsumen mungkin menghabiskan lebih banyak uang untuk barang-barang yang tidak mereka butuhkan secara mendesak, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi anggaran rumah tangga dan perilaku menabung.

Dari uraian singkat di atas, dapat ditarik sebuah garis kesimpulan bahwa Nike mampu membuat individu terjebak dalam konsumerisme karena strategi pemasarannya yang unik, inovatif, dan agresif. Di sisi lain, Nike juga menyuguhkan produk dengan kualitas yang cerdas sehingga mampu memberikan kenyamanan bagi konsumen. 

Dari Air Jordan hingga Air Max 270, Nike telah berhasil menciptakan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan fungsional tetapi juga memenuhi kebutuhan emosional dan sosial konsumen. Namun, peningkatan konsumerisme ini juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang perlu diperhatikan. Penting bagi konsumen untuk memahami pengaruh merek terhadap perilaku mereka dan membuat keputusan pembelian yang lebih sadar dan bijaksana.

Referensi:

Cornwell, D. T., Pruitt, J. D., & Van Tassel, D. G. (2001). Consumer Behavior: The Impact of

       Brand Image and Social Influence. Journal of Marketing Research, 38(4), 473-487.

Nike. (2020). Nike Air Max 270: Evolution of Air. Retrieved from [Nike

       News](https://news.nike.com/footwear/nike-air-max-270-evolution-of-air).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun