***
Kalau menonton sinetron, sebaiknya tidak usah berpikir terlalu teknis. Sedikit saja membandingkan dengan drama Korea, abaikan logika, maka mungkin kita bisa menikmati alur ceritanya.Â
Berdasarkan pengalaman, sinetron masih menjadi sarana ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan, kemudian layak untuk dibicarakan. Memang, ada penonton yang ngeh dengan pesan yang disampaikan, namun ada juga yang belum bisa memberi makna sebuah tontonan hingga episode terakhir.Â
Mungkin Anda pernah menyaksikan H. Roy dan Hj. Mae dalam versi kehidupan nyata? Jika ada, tentu kita mesti banyak ber-istighfar. Sambil mengelus dada, "ya Alloh, jauhkanlah saya dari sifat demikian."Â
Terlepas dari seberapa cepat penonton menyadari makna simbolik dari sebuah kopiah haji atau gelang emas, saya salut pada kecerdasan para sineas yang menyisipkan benda tak bicara ini dalam sinetron. Pertunjukkan audio visual, saya pikir, bisa menyihir.Â
Gambar bergerak bisa menjadi alat untuk menyindir sekaligus mengajak berpikir. Sebuah cara cerdas memberi tahu tanpa sok tahu, mewacanakan hikmah tanpa harus berceramah. Menghibur tidak harus selalu ngelantur.
-----------
Sumber bacaan:
Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rahmat. h. 112
Pengetahuan Penerangan Bagi Petugas Penerangan, Deppen RI, h. 159-190
wikipedia.org