Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nenek Saya Tidak Suka Berita Internasional, Kenapa Ya?

24 Januari 2024   17:47 Diperbarui: 24 Januari 2024   22:12 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Bing Image Creator

Awalnya, saya heran ketika Nenek  (80 tahun) selalu meminta mengganti kanal saluran berita di televisi. Beliau tidak tertarik untuk menonton berita internasional. Tentu saja cucunya harus segera mengganti saluran menjadi berita kriminal dalam negeri. Mengalah.

Dalam pikiran bertanya-tanya, apakah ini masalah selera yang berbeda? Atau, memang jalan pikiran kami berdua yang berbeda?

Ketika kami terhubung dengan media massa, maka harapannya adalah bisa terhubung dengan dunia. Saya ingin tahu apa yang tengah terjadi di dunia yang luas. Bahkan, penasaran pula apa yang tengah terjadi di angkasa luar andaikan ada yang memantau kemudian mengabarkannya.

Berbanding terbalik dengan Nenek yang enggan tahu banyak akan dunia internasional. Mungkin, baginya informasi yang tidak terbayangkan bisa membuatnya pusing, resah atau ketidaknyamanan mental. Pikiran yang seharusnya bisa menampung begitu banyak informasi dirasa sesak oleh kabar dunia yang membanjiri media massa. 

Nenek bisa menjadi contoh jika tidak semua orang merasa dirinya terhubung dengan ummat manusia seluruh dunia. Tercipta sekat-sekat mental karena alasan yang tidak bisa dijabarkan. 

Bisa jadi, sisa-sisa masa kolonial masih menghinggapi cara sebagian manusia Indonesia memandang dunia. Bangsa yang jauh di sana masih dianggap sesuatu yang asing; bukan hanya secara status kewarganegaraan namun juga status ras. 

Nenek masih sering berujar jika ras yang berbeda dengan dirinya sebagai sesuatu yang tidak perlu diperhatikan. Baginya, orang asing tidak layak dijadikan sumber pengetahuan. Orang asing tidak layak dijadikan cerminan bagi perbaikan diri, justru tetangga terdekat menjadi satu-satunya pihak yang layak ditiru. 

***

Ini menjadi salah satu contoh jika media massa tidak serta merta membuat pikiran kita menjadi terbuka. Ternyata masih ada sebagian orang yang menggunakan media massa semata untuk "mengintip kelakuan tetangga". 

Ini bukan hanya bicara Nenek yang sudah tua. Orang muda pun menggunakan media massa _selanjutnya media sosial_  bukan sebagai sarana memantau dunia. Hanya memantau apa yang dilakukan oleh kolega di tempat kerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun