Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berjalan Kaki Jangan Menunggu Nyeri Sendi

21 Juni 2023   06:31 Diperbarui: 21 Juni 2023   06:34 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Freepik


Saya heran ketika berjalan kaki mesti menjadi kegiatan yang dikampanyekan. Padahal, hal tersebut menjadi keseharian.

***

Dalam acara bincang di Youtube, seorang penyanyi dan pelakon, Tika Panggabean mengenakan kaos bertuliskan "jalan kaki yuk!" Sepertinya tulisan tersebut dimaksudkan agar penonton memiliki kesadaran jika berjalan kaki merupakan hal penting.

Ajakan tersebut malah menimbulkan pertanyaan dalam batin saya, "buat apa mengajak orang untuk berjalan kaki, bukankah itu kegiatan sehari-hari?"

Pertanyaan demikian timbul dari saya karena sehari-hari berjalan kaki ketika berkegiatan. Mencari rumput di pematang sawah, tentu saja mengharuskan berjalan kaki. Menggembalakan domba pun berjalan kaki. Bahkan untuk sekedar menuju lahan pesawahan pun mesti berjalan kaki karena jauh dari permukiman.

Namun, keheranan saya mendapat sedikit jawaban. Ketika memperhatikan kebiasaan banyak orang dalam menjalani keseharian.

Karyawan kerah putih di perkantoran tentu saja tidak berjalan kaki karena nyaris seharian duduk di kursi. Pedagang di pasar menghabiskan energi untuk berbicara kala melayani pembeli. Berbeda dengan kami para petani, jalan kaki bukan "olahraga" tetapi "terpaksa".

Ah, lama-lama saya mengerti kenapa berjalan kaki memang penting untuk dikampanyekan.

Budaya yang lambat laun berubah karena pengaruh zaman turut serta mengubah kebiasaan warga. Diantara kita memisahkan terlampau tegas antara kegiatan bekerja versus berolahraga. Bahkan, dalam perspektif sebagian orang, berolahraga harus dilakukan dengan gaya dan dalam momen yang berbeda.

Menggerakkan kaki pun mesti berbaju trendi. Hanya bersedia melakukannya di kala minggu pagi. Paling banter masuk gelanggang olahraga karena teman sebaya melakukan hal yang sama.

***

Tetangga saya memiliki kebiasaan berjalan kaki hingga 4 jam per hari. Tentu saja bukan tanpa alasan melakukan hal demikian.

Usia beliau yang sudah masuk masa pensiun ternyata diterpa kelebihan kadar gula dalam darah. Karena alasan kesehatan pula si bapa tersebut diharuskan melakukan kebiasaan yang tidak dilakukannya kala muda. Bahkan, dia beberapa kali berjalan kaki rute Bandung-Garut demi menggerakkan kaki meskipun warga menganggapnya ada-ada saja.

Nah, memperhatikan situasi demikian maka jelas sudah kenapa berjalan kaki pun harus dikampanyekan. Memang benar sih, berjalan kaki sebaiknya dibiasakan sebelum nyeri sendi apalagi menunggu usia  aki-aki dan nini-nini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun