Kegiatan membaca pada dasarnya mengajak otak untuk berpikir. Hal yang harus dimengerti jika berpikir ketika membaca bukan hanya menggunakan intelektual tetapi juga daya khayal.
Khayalan kita ini pun bisa menjadi "teman curhat" yang baik. Saya meyakini hal itu karena merasakan sendiri efeknya. Otak mengantarkan kita pada "dunia imajiner" dimana ada banyak "sosok tak kasat mata" yang bisa memberi kita ketenangan batin, mencerahkan pikiran dan menawarkan ide-ide brilian.
Dengan kata lain, kita bisa mengajak bicara diri sendiri dengan kegiatan membaca dan menulis. Apakah para ahli jiwa akan menyebutnya dengan alam bawah sadar, ahli filsafat menamainya dunia ide, saya hanya memahami jika kegiatan berkonsultasi dengan diri sendiri pada dasarnya mempercayai jika kita pun punya cara untuk menenangkan diri.
Menenangkan diri tanpa membebani orang lain dengan masalah kita. Kalau masalah itu membutuhkan solusi memang harus dibicarakan. Tapi, kalau sekedar untuk dikeluhkan ya sampaikan saja dalam bentuk tulisan.
***
Bagi anda yang "mengeluhkan" orang yang "suka mengeluh", berlapang dada sajalah. Jika tidak siap mendengarkan, katakan dengan sopan. Andaikan mereka bicara terlalu banyak, anggap angin lalu saja karena orang demikian bicara panjang bukan untuk mencari solusi. Sekedar ingin didengarkan.
Bagaimana saya tahu jika orang demikian tidak berniat mencari solusi? Karena biasanya mereka 'minim aksi'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H