Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Ansori
Muhammad Yusuf Ansori Mohon Tunggu... Petani - Mari berkontribusi untuk negeri.

Bertani, Beternak, Menulis dan Menggambar Menjadi Keseharian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasanya Menjadi Orang yang Jarang Bicara di Tengah Orang yang Banyak Bicara

24 Mei 2022   07:22 Diperbarui: 24 Mei 2022   08:17 1033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan jika kosakata itu benda yang memiliki nyawa. Mereka disimpan di dalam sangkar yang terkunci rapat. Mereka murung karena bosan menunggu untuk dikeluarkan dan menghirup udara segar.

Kemudian, ada saat di mana si pemilik sangkar harus memilih salah satu diantara mereka. Tentu saja orang itu tidak akan 'gegabah' mengeluarkan kata dari 'sangkar'-nya. Dia akan mempertimbangkan banyak hal.

Nah, mempertimbangkan memilih kata itu ternyata membutuhkan waktu. Bahkan hingga beberapa detik. Saya tahu karena merasakannya sendiri. Ketika menjawab pertanyaan orang, sering 'mikir' terlebih dahulu sebelum bibir ini berucap.

Otak saya tidak mengizinkan si mulut untuk menganga dan mengeluarkan suara. Tidak spontan.

***


Di rumah, hanya saya anggota keluarga yang jarang bicara. Berbicara dengan adik hampir bisa dihitung berapa kata yang terlontar. Karena alasan rentang umur yang jauh dan topik pembicaraan yang tidak satu 'frekuensi', obrolan jarang terjadi.

Itu bukan menandakan kami tidak akur. Rasa sayang saya pada keluarga bukan dengan menemani mereka bicara panjang lebar. Melakukan apa yang semestinya dilakukan. Membiarkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Bahasa sederhananya, tidak banyak 'ngomel'.

Masalah sering timbul ketika orang seperti saya hidup di tengah budaya Sunda. Dalam kultur kami, berbicara adalah bentuk keramahtamahan dan keakraban. Bahkan, bertukar pengetahuan harus dibicarakan bukan dituliskan.

Untungnya, saya punya cara lain untuk mengomunikasikan isi pikiran. Melukis.

Selain menulis, orang yang jarang bicara mengungkapkan isi pikiran dengan melukis. Atau, melukiskan pengalaman melalui pemotretan. Dan, disebarkan melalui media sosial.

Walaupun, sebenarnya kami sangat kurang dalam kecerdasan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun